korban
Foto saat warga korban longsor di Songan, Kintamani mengungsi. (BP/dok)
BANGLI, BALIPOST.com – Hari raya Nyepi Selasa (28/3), dijadikan sebagian besar masyarakat sebagai momen berkumpul bersama keluarga di rumah masing-masing. Namun tidak demikian bagi sejumlah warga Banjar Bantas, Desa Songan, Kintamani yang menjadi korban bencana alam tanah longsor. Lantaran sudah tak punya tempat tinggal lagi, sejumlah warga korban bencana terpaksa merayakan Nyepi di lokasi pengungsian yang sudah mereka tempati sejak Februari lalu.

Salah satunya seperti yang dijalani Gede Arta. Dia mengungkapkan Nyepi tahun ini dirayakannya berbeda dengan Nyepi tahun sebelumnya. Jika Nyepi sebelumnya dirinya bisa merayakannya bersama keluarga di rumahnya di Banjar Bantas, namun Nyepi tahun ini dirinya bersama keluarga terpaksa merayakannya di lokasi pengungsian.

Baca juga:  Jelang Pelantikan Presiden, Polda Bali Gelar Operasi Cipkon Agung

“Sedih, karena kalau tahun lalu saat Ngerupuk saya dan keluarga biasanya sembahyang memuja leluhur bersama keluarga di rumah, kini hanya bisa sembahyang di pengungsian,” ungkapnya Rabu (29/3).

Gede Arta menyebutkan dari puluhan warga yang selama ini mengungsi di Balai Desa, hanya 5 orang diantaranya yang merayakan Nyepi di lokasi pengungsian Selasa lalu. Kelima orang tersebut yakni dirinya, dua anak, istri serta satu saudaranya.

Baca juga:  11 Tahun Lumpuh, Nengah Minggu Tak Nyaman Tinggal di Pengungsian

Sementara warga pengungsi lainnya, kata Arta, ada yang merayakan Nyepi di rumah mereka di Banjar Bantas dan ada juga yang merayakan Nyepi di rumah kerabat masing-masing.

Karena belum ada kepastian kapan para pengungsi akan direlokasi, Arta mengatakan besar kemungkinan perayaan Galungan dan Kuningan yang tinggal hitungan hari juga bakal dirayakannya di lokasi pengungsian. “Karena sudah tidak ada rumah yang bisa saya tempati. Terpaksa nanti merayakannya di sini,” ujarnya.

Baca juga:  Kedisplinan Terapkan Prokes, Kunci Hadapi COVID-19

Sementara, disinggung mengenai stok logistik untuk korban bencana, Arta mengatakan sudah mulai habis sejak 10 hari terakhir. Dirinya bersama warga pengungsi lainnya saat ini terpaksa memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menggunakan uang pribadi yang diberikan oleh para dermawan. “Saat ini yang kami harapkan pemerintah bisa segera melakukan relokasi,” harapnya. (dayu rina/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *