penyandang
Gede Komang. (BP/sos)
SINGARAJA, BALIPOST.com – Penyandang disabilitas di Kabupaten Buleleng masih menyentuh angka ribuan jiwa. Dari sembilan kecamatan yang ada, Kecamatan Gerokgak mengantongi jumlah tertinggi. Munculnya hal tersebut, salah satunya dipengaruhi faktor kesehatan.

Kepala Dinas Sosial Buleleng, Gede Komang menjelaskan, berdasarkan data 2016, penyandang disabilitas di Bumi Panji Sakti mencapai 4.656 jiwa yang terdiri dari laki-laki 2.782 jiwa dan perempuan 1.874 jiwa. Angka tersebut paling tinggi disumbangkan kecamatan, Gerokgak yakni 783 jiwa. Selanjutnya Sukasada 665 jiwa, Seririt 634 jiwa, Buleleng 517 jiwa, Kubutambahan 510 orang, Banjar 453 jiwa, Sawan 441 jiwa, disusul Tejakula 396 jiwa, dan Busungbiu 257 jiwa.

Baca juga:  Palebon Tjokorda Gede Agung Taat Prokes

“Jumlah tertinggi ada di Kecamatan Gerogak. Penyandang ini ada yang tergolong ringan, sedang dan berat,” ujarnya, Rabu (29/3).

Disabilitas yang di derita warga tersebut, kata birokrat asal Tejakula ini ada yang sudah terjadi sejak lahir akibat faktor kesehatan ibu saat mengandung. Ada pula akibat kecelakaan atau bukan bawaan. “Faktor kesehatan salah satu penyebabnya. Untuk mengantisipasi yang seperti itu, pemberian layanan kesehatan harus berjalan secara rutin. Perlu ada sistem jemput bola,” ujarnya.

Baca juga:  Meski Ada Larangan, Warga Masih Nekat Mendaki ke Puncak Gunung Agung

Menyikapi itu, khusus untuk penyandang kategori berat, Pemerintah Kabupaten telah menggelontorkan program berupa pemberian santunan sebesar Rp 200 ribu per orang setiap bulan. Hal serupa juga datang dari pemerintah pusat, dengan santunan per bulannya sebesar Rp 300 ribu. “Kalau tahun ini, Pemkab hanya bisa memberikan bantuan untuk 100 orang. Dari pusat 268 orang. Kami juga mendapat dukungan dari pihak ketiga melalui CSR. Berharap itu bisa berkelanjutan,” jelasnya.

Baca juga:  Wujudkan Masyarakat Inklusif, Disdukcapil Sasar Siswa SLB

Sementara itu, khusus untuk yang kategori ringan dan sedang, sambung Komang sebagian besar masih bisa diberdayakan melalui pemberian keterampilan menjahit, maupun kelompok usaha bersama. Langkah ini sudah mampu menghantarkan beberapa penyandang untuk bisa hidup mandiri. “Beberapa sudah bisa puunya usaha sendiri. Pemberdayaan akan terus kami lakukan,” tandasnya. (sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *