Kakao yang kini harganya anjlok dan banyak yang busuk. (BP/kmb)

NEGARA, BALIPOST.com – Petani kakao di subak Abian Banjar Panca Seming, Desa Batuagung, Jembrana, belakangan ini menjerit.

Kondisi ini menyusul adanya serangan penyakit busuk batang dan buah, yang menyerang hektaran tanaman kakao  disubak tersebut. Selain itu harga juga anjlok.

Dari informasi Rabu (1/3) serangan hama yang mengakibatkan tanaman kakao meranggas dan mati, sudah berlangsung sejak Agustus lalu.

Selain itu akibat hujan yang terus menerus sehingga membuat petani gagal panen. Harga kakao juga turun drastis pasca serangan hama disubak tersebut.
Salah seorang krama subak IB Aryana mengatakan penyakit tanaman kakao sudah menyerang sejak 6 bulan lalu. “Disini sebagian besar petani menanam kakao. Namun akibat serangan penyakit penggerek, kini sebagian besar tanaman  kakao  mati,” jelasnya.

Baca juga:  Geser Denpasar, Kabupaten Ini Duduki Posisi Pertama Penyumbang Korban Jiwa dan Kasus COVID-19 Harian Terbanyak

Dikatakan semestinya kalau tidak mendapat serangan hama penyakit, memasuki bulan April ini tanaman kakao biasanya sudah bisa panen. Namun karena sebagian besar tanaman kakao diserang hama penggerek batang sehingga tidak lagi bisa dipanen, karena pohon induknya sudah mati. Demikian juga yang masih selamat juga  tidak bisa  berbuah normal  akibat musim hujan.

Sementara itu akibat serangan hama yang menyerang tanaman kakao juga mengakibatkan harga merosot tajam. Sejak Agustus lalu, harga kakao basah yang sebelumnya mencapai Rp 12000/kg kini hanya Rp 4000/kg.
Demikian pula harga kakao kering sebelumnya tembus Rp 35.000/kg  kini hanya  harga Rp 25000/kg. Turunnya harga kakao diakui IB Kade Dwiantara seorang pengepul kakao di desa Batuagung. Menurutnya turunnya harga kakao sudah terjadi sejak pertengahan tahun lalu. Pihaknya berharap semua ini bisa diatasi. (kmb/balipost)

Baca juga:  Imbas Cuaca Buruk, Produksi Kopi Anjlok
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *