
DENPASAR, BALIPOST.com – Pada pelaksanaan Denpasar Festival (Denfest) ke-18, sampah yang dihasilkan langsung diolah. Ada sekitar 25 ton timbulan sampah per hari.
Puluhan ton sampah itu langsung diolah menjadi kompos, eco enzyme, hingga pres sampah plastik.
Ketua Umum Komunitas Temanmu Sekaligus Koordinator Waste Department Eling Ring Rasa Denfest 2025, Anak Agung Ngurah, Senin (22/12) mengatakan, pengelolaan sampah dilakukan melalui sistem urunan antarkomunitas.
Ada 18 komunitas yang terlibat dalam Denfest tahun ini. Dalam pengolahan sampah, pihaknya menghadirkan satu unit mesin pres plastik, dan mesin komposting dua unit berkapasitas 250 liter. Selain itu juga disediakan bak magot yang diletakkan di setiap UMKM.
Sebanyak 20 unit teba modern turut disiapkan sebagai bagian dari sistem pengolahan untuk sampah organik bekerjasama dengan DLHK Denpasar. Dari 18 komunitas, dua diantaranya fokus pada pengolahan sampah organik, khususnya buah-buahan yang diolah menjadi eco enzyme.
Sistem pengolahan sampah ini didukung dengan pembuatan stasiun sampah menggunakan kampil di 10 titik strategis. Ada 200-an relawan terlibat termasuk dari pelajar SMP, SMA/SMK, serta mahasiswa dalam pemilahan dan pengolahan sampah.
Mereka dibagi dalam tiga shift, masing-masing bertugas selama empat jam untuk mengedukasi dan mengingatkan pengunjung agar membuang sampah sesuai kategori yang telah ditentukan dari pukul 10.00 hingga 22.00 WITA.
“Tugas ini memang berat, namun akan terus kami lakukan. Pola pengelolaan ini diharapkan bisa diterapkan di desa, desa adat, maupun pada berbagai event lainnya,” ujar Agung Ngurah.
Titik kumpul pengelolaan sampah berada di kawasan Jalan Gajah Mada dan sisi timur Lapangan Puputan Badung, dengan unit khusus bertajuk ‘Waste Department’ bernama ‘Eling ring Rasa’. Sampah anorganik yang terkumpul di-press bahkan dengan kapasitas 150 ton menjadi seukuran 4 keramik sebelum diolah lebih lanjut.
Ia mengatakan, dalam sehari sampah yang dihasilkan di Denfest kurang lebih 25 ton. “Namun karena kami sudah pilah, jadinya terasa ringan dan sedikit, tapi sebenarnya banyak,” ungkapnya.
Ia juga menyebut, pengunjung lebih tertib dalam membuang dan memilah sampah ketimbang tenant. Karena saat malam hari, ketika tak ada pengawasan, tenant membuang dengan tercampur.
Sehingga relawan kembali melakukan pemilahan agar bisa diolah. “Hari pertama pelaksanaan kami anggap berhasil di atas 90 persen. Tenant ternyata masih ada yang nakal membuang tercampur,” ungkapnya.
Salah seorang relawan, Kadek Widia Sumiari, siswa kelas VIII SMPK 1 Harapan Denpasar mengatakan dalam sehari dari sekolahnya ada 5 siswa yang terlibat. “Kami ditanya sama guru, siapa yang mau silakan ikut,” paparnya.
Di Denfest, ia bertugas memilah sampah yang masih tercampur. Dari pemilahan, menurutnya kebanyakan sampah residu dan plastik. (Widiastuti/bisnisbali)










