
DENPASAR, BALIPOST.com – Denpasar Festival (Denfest) 2025 resmi dibuka pada Sabtu (20/12). Mengusung tema “Mulat Sarira, Hening Jiwa, Eling Rasa,” event tutup tahun yang sudah 18 kali digelar ini merupakan puncak apresiasi bagi pelaku UMKM di Kota Denpasar.
Penyalaan api suci dalam balutan inaugurasi pembukaan oleh Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara bersama Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa dan Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede menjadi penanda dibukanya event berkonsep street festival di Kawasan Jalan Gajah Mada, Jalan Veteran, dan Monumen Puputan Badung, Denpasar tersebut. Kegiatan akan digelar selama 4 hari, 20 hingga 23 Desember 2025.
Pembukaan Denfest ke-18 diawali oleh penampilan Tri Utami dan Dewa Budjana. Dilanjutkan dengan sajian apik inaugurasi berlatar Monumen Puputan Badung.
Dalam kemasan acara hikmat dan khusyuk, garapan ini diiringi alunan musik dan gerakan tari yang digarap oleh Palawara Musik Company. Mengangkat pesan sastra Cokorda Mantuk Ring Rana, dalam relevansinya dengan kebangkitan kesadaran serta penyiapan kota yang layak dan berjati diri, bagi generasi ke generasi.
Jaya Negara menjelaskan pelaksanaan Denfest sebagai festival rakyat merupakan upaya Pemkot Denpasar dalam menghadirkan hiburan serta menjadi puncak apresiasi bagi UMKM di Kota Denpasar. Dari serangkaian panjang proses pembinaan dan pengembangan UMKM, diharapkan Denfest mampu menjadi wahana promosi pelaku usaha dan perajin Denpasar untuk lebih dikenal masyarakat.
“Harapan kami secara berkesinambungan Denfest menjadi wahana kreatifitas di berbagai bidang, mulai dari seni, ekraf, teknologi, desain, modeling dan lain sebagainya yang mampu meningkatkan daya saing dan mendukung kemajuan ekonomi di Kota Denpasar,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan, secara umum Mulat Sarira bermakna sebagai introspeksi diri. Sejalan dengan usia Denfest yang ke-18, dimana memasuki pintu gerbang kedewasaan, yang juga ditandai dengan tumbuhnya kesadaran, rasa eling dan mawas diri.
Denfest dihadirkan di tengah masyarakat sebagai sebuah ruang kota dengan jati diri yang lekat dengan nilai tradisi, budaya, dan semangat Vasudhaiva Kutumbhakam, yakni menyama braya.
Berkaitan dengan pencanangan Denfest ke-18 sebagai role model Festival Zero Waste, ia menekankan bahwa Pemerintah Kota Denpasar menggandeng 18 Komunitas Lingkungan yang akan ikut terlibat dalam rangkaian kegiatan Denfest ke-18 ini.
Nantinya, seluruh sampah yang dihasilkan selama pelaksanaan festival akan dipilah dan dikelola langsung di lokasi, termasuk pengolahan menjadi eco enzyme serta pemanfaatan mesin pengepresan plastik untuk sampah anorganik.
“Jadi sampah yang dihasilkan dalam pelaksanaan Denfest ke-18 ini akan diolah dan dibersihkan langsung di arena Denfest, sehingga sampahnya tidak keluar dan selesai di sumber (hulu),” ujarnya.
Ditambahkan Jaya Negara, sejumlah komunitas pemerhati dan pencinta lingkungan turut dilibatkan sebagai volunteer, tidak hanya membantu proses pengelolaan sampah, tetapi juga mengedukasi pengunjung mengenai praktik pengelolaan sampah yang bertanggung jawab.
“Melalui upaya ini, Denpasar Festival diharapkan menjadi event percontohan pengelolaan sampah berkelanjutan di Kota Denpasar, dan kita akan memberikan reward bagi pengunjung atau masyarakat yang mamu membuang sampah sesuai dengan tempatnya,” ujar Jaya Negara.
Kadis Pariwisata Kota Denpasar, Luh Putu Ryastiti mengatakan, sebagai salah satu festival yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui sinergi ekonomi kreatif, Denfest ke-18 melibatkan sebanyak 174 pelaku UMKM yang telah lolos seleksi dan kurasi. Di antaranya produk kuliner dan kopi, kerajinan, aneka sandang, industri logam, fesyen, kriya, dan juga agro.
Dikatakan Ryastiti, ratusan UMKM tersebut akan tersebar di 3 zona pelaksanaan di sekitar kawasan Catur Muka. Zona pertama adalah, zona lapangan yang meliputi Lapangan Puputan dan Wantilan Museum Bali. Zona ini mencakup ragam acara di antaranya inaugurasi pembukaan, panggung musik, panggung budaya, serta juga diperuntukkan untuk UMKM dari kategori kuliner kekinian. Wantilan Museum Bali akan menjadi lokasi pelaksanaan workshop dan lomba fotografi.
Zona kedua adalah Zona Gajah Mada, yakni Patung Catur Muka dan juga sepanjang Jalan Gajah Mada bagian barat. Zona ini diperuntukkan bagi stand UMKM kuliner heritage dan kopi, dan khusus di Patung Catur Muka akan menjadi arena bagi gelaran fashion show dan cosplay walk parade.
Zona terakhir adalah zona Jalan Veteran, yang akan diperuntukkan bagi stand UMKM fashion, kriya, dan agro.
Selain itu, pada pelaksanaan kali ini berbagai pementasan diwadahi oleh panggung musik di bagian utara timur dan panggung budaya di bagian selatan. Festival ini didukung oleh 30 grup musik dan 16 penampilan budaya yang akan memeriahkan penyelenggaraan Denpasar Festival ke-18 selama 4 hari.
“Denfest adalah milik publik. Denfest adalah bentuk komitmen Pemerintah Kota Denpasar yang didukung oleh semua pihak untuk berkontribusi menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya dan pengembangan kreativitas di era modernisasi saat ini,” ujar Ryastiti. (Widiastuti/bisnisbali)










