
NEGARA, BALIPOST.com – Puluhan warga termasuk siswa di Kelurahan Pendem, Kabupaten Jembrana, masih harus melintasi jembatan bambu untuk keluar dari permukiman. Minimnya akses jalan memaksa mereka menyeberangi sebuah jembatan bambu tua yang kondisinya kian memprihatinkan dan rawan ambruk.
Jembatan sederhana yang membentang di atas aliran sungai deras ini menjadi satu-satunya penghubung bagi sedikitnya 15 kepala keluarga di wilayah tersebut. Meski tampak miring, licin, dan rapuh, masyarakat tidak memiliki pilihan lain selain tetap melintasinya untuk menuju tempat kerja maupun sekolah.
Komang Agus Suriyadi, salah satu warga yang setiap hari menggunakan jembatan itu, menyampaikan kekhawatirannya. “Ada sekitar 15 KK lebih yang lewat sini tiap hari, termasuk anak-anak sekolah. Takut tentu, tapi mau bagaimana lagi. Kami berharap jembatan ini bisa segera diperbaiki, minimal agar aman dilewati pejalan kaki,” ungkapnya, Rabu (3/12).
Kekhawatiran serupa juga dirasakan para siswa. Ni Komang Wirantini, siswi SMP yang saban pagi melintas, mengaku harus ekstra hati-hati. “Biasanya banyak yang lewat, dari TK sampai SMA. Saya tidak terlalu takut, cuma harus giliran satu per satu. Kalau ramai-ramai, takut jembatannya ambruk. Semoga cepat diperbaiki,” ujarnya.
Kepala Lingkungan Pendem, Nyoman Nala, kepada wartawan mengatakan jembatan bambu tersebut memang menjadi akses utama warga sejak lebih dari sepuluh tahun lalu. Meski berbagai usulan pembangunan jembatan permanen telah dilayangkan, hingga kini belum juga ada realisasi. “Kalau banjir, jembatan ini sering hanyut. Warga selalu memperbaiki secara swadaya, sampai bambu di sekitar sungai hampir habis dipakai. Akses lain sebenarnya ada, tapi harus lewat pekarangan rumah-rumah warga,” jelasnya.
Ketika jembatan putus akibat banjir, warga bahkan terpaksa menyeberangi sungai secara langsung. Bagi mereka yang tidak berani, situasi itu membuat mereka terisolasi, termasuk para pelajar yang akhirnya tidak bisa ke sekolah.
Kondisi belakangan sering air meluap, warga Pendem sangat berharap adanya perhatian pemerintah. Jembatan permanen dinilai menjadi kebutuhan mendesak agar aktivitas masyarakat lancar mendapatkan hak akses jalan. (Surya Dharma/balipost)










