
NEGARA, BALIPOST.com – Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Jembrana menggelar paruman sulinggih di Aula Kantor Kementerian Agama Jembrana, Rabu (26/11).
Paruman yang digelar dua tahun sekali ini turut dihadiri Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan, jajaran PHDI Jembrana, perwakilan 11 sulinggih, Kantor Kemenag Jembrana, Kesbangpol, Dinas Kebudayaan, Kemenag, Bagian Kesra, Bendesa Alitan se-Jembrana, WHDI, Peradah, dan PSN Jembrana. Sulinggih yang hadir mengikuti Paruman merupakan 11 sulinggih yang sudah tercatat dalam susunan paruman sulinggih dengan nomor SK.8/SK/PHDIBALI/X/2023.
Ketua PHDI Jembrana, I Wayan Windra, S.Ag., mengatakan, paruman sulinggih digelar untuk menyatukan cara pandang para sulinggih terhadap berbagai persoalan keumatan, khususnya terkait pelaksanaan panca yadnya.
“Yang dibahas paruman kali ini mengenai pitra yadnya, terutama pelaksanaan upacara nyekah. Kami ingin para sulinggih memiliki satu bahasa, satu jawaban ketika memberikan penjelasan kepada masyarakat,” ujarnya didampingi Ketua Panitia I Wayan Darwin, ST, MT.
Windra menjelaskan, perbedaan pandangan sering muncul karena adanya berbagai dresta di Bali, seperti kuna dresta, loka dresta, dan sastra dresta. Melalui paruman, para sulinggih membahas dan menetapkan solusi atas permasalahan tersebut.
“Selain itu, paruman menjadi ajang mempertemukan para sulinggih untuk saling menghormati dan memperkuat sinergi,” jelasnya.
Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya paruman tersebut. Menurutnya, keberadaan sulinggih memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan kehidupan masyarakat.
“Paruman ini bukan hanya wadah untuk membahas dharma dan pawarah, tetapi juga menjadi penyejuk bagi kami di pemerintah daerah. Apa yang beliau-beliau sampaikan akan menjadi penerang jalan dalam melayani masyarakat Jembrana,” tegasnya.
Bupati Kembang menekankan, pembangunan fisik saja tidak cukup, melainkan harus diimbangi dengan pembangunan jati diri, tata titi kehidupan, serta keseimbangan sekala-niskala. Untuk itu, ia berharap bimbingan berkelanjutan dari para sulinggih. “Jika ada hal yang kurang pas atau kurang patut, mohon ditegur dengan cara-cara yang arif. Pemerintah tanpa tuntunan para sulinggih ibarat jalan tanpa cahaya,” ujarnya.
Bupati menyampaikan terima kasih kepada para sulinggih yang selama ini turut menjaga budaya, agama, dan kerukunan antarumat beragama di Jembrana. Diharapkan paruman ini menghasilkan pawisik, pemikiran, dan keputusan yang membawa kerahayuan bagi seluruh krama Jembrana. (Adv/balipost)










