Seorang warga sedang membeli canang di Denpasar. Menjelang Galungan, harga canang mengalami peningkatan signifikan. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Momen hari raya besar keagamaan seperti Galungan dan Kuningan secara nyata berpengaruh kepada daya beli masyarakat dan peningkatan harga komoditas, khususnya sarana upakara.

Pemerhati Ekonomi Kusumayani, M.M., di Denpasar menilai pengaruh Galungan dan Kuningan belum bisa dipastikan mempengaruhi ekonomi Bali. Ia beralasan hal itu harus melalui penelitian, survei, maupun pengujian data, mengingat banyak variabel yang harus diteliti dan jangka waktu.

Namun, hari raya keagamaan secara umum diakuinya berpengaruh kepada permintaan konsumen dan harga. Risiko inflasi akibat momen hari raya selalu menjadi perhatian pemerintah. Terutama berkaitan dengan aneka jenis kebutuhan ritual untuk hari raya mulai janur, buah, pisang, bahan pangan hingga kelapa.

Hal sama dikatakan Trisno Nugroho yang sebelumnya merupakan Kepala KPw BI Bali. Menurutnya, belum ada survei yang spesifik pengaruh hari raya Galungan terhadap pertumbuhan ekonomi Bali.

Sementara itu, berdasarkan survei optimisme konsumen di Bali pada Oktober 2025 berlanjut menguat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, seiring dengan berlanjutnya rangkaian upacara adat di Bali yang mendorong konsumsi masyarakat.

Baca juga:  Jaga Daya Beli Masyarakat, Pemerintah Kucurkan Stimulus Rp24,44 Triliun

Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia Provinsi Bali periode Oktober 2025, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 139,9 (naik 6,5%; mtm) dan berada pada level optimis (indeks > 100).

Optimisme IKK berdasarkan kelompok usia mayoritas didorong oleh usia 20-30 tahun (153,1), usia 41-50 tahun (143,6), serta usia 31-40 tahun (135,7). Optimisme IKK turut tercermin dari responden pekerja di sektor formal (145,2) dan informal (135,0).

Kepala Perwakilan BI Bali, Erwin Soeriadimadja menjelaskan, survei konsumen merupakan survei bulanan yang dilakukan Bank Indonesia untuk mengetahui tingkat keyakinan konsumen mengenai kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian ke depan.

“Peningkatan komponen IKK terjadi pada Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dari sebelumnya 124,0 menjadi 131,5 (naik 6,0%; mtm) serta Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari 138,8 menjadi 148,3 (naik 6,8%; mtm),” katanya.

Baca juga:  Simak 9 Manfaat Teknologi untuk Menunjang Aktivitas Harianmu

Peningkatan konsumsi masyarakat utamanya didorong oleh berlanjutnya penyelenggaraan acara pernikahan (Manusa Yadnya) pada bulan Oktober. Lebih lanjut, terdapat upacara Purnama Kapat di beberapa wilayah sehingga momen Piodalan lebih banyak terjadi di bulan Oktober 2025.

Faktor pendorong laju pertumbuhan IKK berasal dari indeks prakiraan kegiatan usaha 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini sebesar 10,8% (mtm) atau sebesar 158,5. indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan ke depan sebesar 8,1% (mtm) atau sebesar 146,5. Indeks konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu sebesar 6,3% (mtm) atau sebesar 118,5, dan indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu sebesar 5,3% (mtm) atau sebesar 138,0.

Baca juga:  Makanan Favorit Semua Usia, Cobain 4 Restoran Bakmi yang Gurih Bikin Ketagihan

Sementara faktor penahan laju pertumbuhan IKK berasal dari indeks kegiatan usaha saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu yang masih stagnan seperti bulan sebelumnya sebesar 100,0. Hasil tersebut menunjukkan IKE dan IEK berada pada level optimis (> 100,0) yang mencerminkan optimisme konsumen terhadap prospek ekonomi terus bertumbuh.

Berkaitan hari raya keagamaan, dijelaskan, BI Provinsi Bali bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Bali terus menjaga stabilitas harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Menjelang Hari Raya Galungan, TPID secara konsisten memastikan ketersediaan pasokan pangan melalui pelaksanaan operasi pasar murah, pengawasan harga pada komoditas pangan utama, serta koordinasi rutin untuk memastikan jalur distribusi pangan tetap terjaga.

Dengan terjaganya tingkat inflasi, diharapkan dapat mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga, menarik minat investor, serta memperkuat aktivitas perekonomian daerah. (Suardika/bisnisbali)

BAGIKAN