Sejumlah warga ketika memproduksi garam Amed di Desa Purwakerti, Abang. Tahun ini, produksi garam mengalami penurunan drastis akibat sering turun hujan. (BP/nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Produksi garam Amed di Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem mengalami penurunan drastis di tahun 2025.  Hal itu dipicu akibat wilayah tersebut sering turun hujan, sehingga pembuatan garam menjadi lebih singkat dari tahun sebelumnya.

Ketua Komunitas Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Garam Amed, I Nengah Suanda, pada Kamis (13/11) mengungkapkan, musim produksi garam biasanya berlangsung empat bulan dalam satu tahun, dari bulan Agustus-November. Akan tetapi, di tahun ini proses pembuatan garam hanya dua bulan setengah. “Produksi tahun ini tidak mulus, karena dalam dua setengah bulan saja bisa memproduksi garam. Itu pun tidak mulus, karena wilayah Amed kerap diguyur hujan,” ujarnya.

Baca juga:  Hingga Pertengahan Juli, Bali Masih Dilanda Hujan

Suanda mengatakan, atas kondisi ini membuat hasil produksi garam menjadi menurun cukup drastis. Pasalnya,  rata-rata dalam musim ini biasanya 25 ton, kini diperkirakan hanya 7 ton saja. “Untuk produksi kali ini kami belum rekap karena belum masuk ke gudang,” katanya.

Dia menjelaskan, para petani garam kini disebut telah memilih aktivitas lain ketika produksi tidak bisa dilakukan. Yakni, ada yang menjadi buruh bangunan, berternak sapi, babi dan termasuk nelayan. (Eka Prananda/balipost)

Baca juga:  Menko Pangan Minta Utamakan Produksi Susu Lokal
BAGIKAN