
TABANAN, BALIPOST.com – Harapan Pemerintah Kabupaten Tabanan untuk menata ulang dan menghidupkan kembali eks Daya Tarik Wisata (DTW) Bedugul di Desa Batunya, Kecamatan Baturiti, masih belum bisa terealisasi. Proses revitalisasi kawasan wisata legendaris itu kini mandek di tahap penghapusan aset bangunan yang rusak berat.
Pantauan di lokasi, Kamis (13/11), kondisi kawasan yang pernah menjadi ikon wisata Tabanan tersebut dipenuhi rumput liar hingga menutupi lahan parkir. Sementara, bangunan kios yang dulu dibangun untuk menampung pedagang kini rusak parah dan dijadikan tempat meletakkan sayur hasil panen, terutama di bagian atap yang bocor dan dinding yang lapuk dimakan usia.
Kepala Dinas Pariwisata Tabanan, Anak Agung Ngurah Satria Tenaya mengakui bahwa penataan kawasan masih berjalan di tempat karena belum ada keputusan final dari pimpinan daerah terkait penghapusan aset. “Kami masih menunggu persetujuan pimpinan daerah (bupati) untuk penghapusan aset bangunan lama yang sudah rusak berat. Setelah ada persetujuan, baru bisa dilakukan pembongkaran dan penataan lanjutan,” ujarnya.
Ia menambahkan, proses penghapusan aset berada di bawah kewenangan Badan Keuangan Daerah (Bakeuda) Tabanan sehingga pihaknya belum bisa memastikan kapan langkah tersebut rampung. “Selama penghapusan belum tuntas, kami juga belum bisa membuka peluang kerja sama investasi. Kawasan ini belum dilelangkan,” imbuhnya.
Padahal, Pemkab Tabanan sempat menargetkan kawasan seluas belasan hektare itu bisa dikelola oleh pihak ketiga pada tahun 2025. Namun hingga menjelang akhir tahun ini, belum satu pun investor yang menunjukkan minat.
DTW Bedugul sejatinya memiliki potensi besar. Lokasinya strategis, berhawa sejuk, dan pernah menjadi salah satu magnet wisata di Bali bagian tengah. Namun sejak tahun 2010, kawasan ini terbengkalai setelah pengelola sebelumnya, I Wayan Purnayasa, mengundurkan diri.
Upaya menghidupkan kembali kawasan ini sudah beberapa kali dibahas, termasuk sempat diwacanakan akan dikelola oleh Perumda Dharma Santika (PDDS) Tabanan. Bahkan, Pemkab sudah melakukan sejumlah pembenahan fisik, seperti pembangunan kios cenderamata dan toilet berstandar internasional melalui dana alokasi khusus (DAK) tahun 2018, serta rehabilitasi restoran dengan anggaran Rp1 miliar dari APBD Tabanan.
Sayangnya, hasil pembangunan itu kini kembali rusak tanpa sempat difungsikan. Atap bocor, cat mengelupas, dan halaman terbengkalai tanpa aktivitas. Kondisi ini menjadi potret buram dari lambatnya proses birokrasi penghapusan aset yang berimbas pada mandeknya rencana besar revitalisasi Bedugul. (Puspawati/balipost)










