
DENPASAR, BALIPOST.com – Dana transfer ke daerah (TKD) untuk Provinsi Bali pada 2026 mengalami pemangkasan yang cukup signifikan. Angkanya mencapai Rp537 miliar.
Namun, Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Bali, Dewa Made Indra, memastikan anggaran untuk kesehatan tidak ikut dipotong.
Ia meminta jajaran dinas kesehatan (Dinkes) meningkatkan promosi kesehatan dengan anggaran yang sudah diberikan. “Anggaran kesehatan ada dua sumbernya, dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah, khusus untuk kesehatan karena regulasi sudah mengatur yaitu 10 persen dari APBD, maka kita sudah penuhi, bahkan 2026 lebih dari 10 persen, itu artinya bahwa kita terus mendorong sektor kesehatan,” ujarnya usai menghadiri Hari Kesehatan Nasional (HKN) di Kantor Dinkes Bali, Rabu (12/11).
Menurutnya, promosi kesehatan di Pemprov Bali penging dilakukan agar generasi tumbuh sehat, sekaligus untuk mencegah penyakit ke depan.
“Targetnya agar kesehatan masyarakat kita semakin baik, maka dari itu promosi kita tingkatkan. Kemudian kalaupun orang terpaksa untuk ke fasilitas kesehatan, maka layanan di faskes terus diperbaiki,” paparnya.
Melalui peringatan HKN Ke-61 ini, Sekda Bali mengingatkan jajaran di Dinkes Bali meningkatkan pelayanan kesehatan dan selalu siap. Mengingat sektor kesehatan menjadi sektor paling dinamis di Bali.
Beberapa kali peristiwa kesehatan menghadapkan Bali pada tantangan yang berat, seperti COVID-19. Pada kondisi tersebut, Sekda Dewa Indra menyadari pemerintah gagal karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman. Sehingga, ke depan semestinya tidak terulang kembali, karena peristiwa tersebut sudah melahirkan SDM dan infrastruktur yang lebih siap.
“Jadi semua kita sempurnakan di Provinsi Bali, layanan kesehatan semakin rapi, faskes semakin bertambah, teknologi di faskes semakin bertambah terus diperbaharui, kualitas sdm terus ditingkatkan, tetapi sesungguhnya tetap yang paling penting di hulunya, yaitu promosi dan preventif,” ujarnya.
Berdasarkan pengamatannya, fasilitas kesehatan di Bali kini sudah semakin membaik. Sebab, masyarakat sudah bisa memilih fasilitas yang bagus dan meninggalkan yang kurang. Sehingga ini waktu yang tepat bagi faskes berlomba-lomba memberi pelayanan terbaiknya agar tidak ditinggal oleh masyarakat.
“Bagi faskes yang tidak bisa memberikan pelayanan semakin baik maka dia akan ditinggalkan oleh masyarakat, maka dari itu faskes menciptakan iklim kompetisi kualitas pelayanan, masing-masing berlomba menambah jenis pelayanannya, memperbaiki kualitas, dan yang diuntungkan masyarakat,” pungkasnya. (Ketut Winata/balipost)










