Kelompok Tani Mekarsari Rahayu Memperoleh Bantuan Alat dari Pemkab Buleleng. (BP/Yud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Budidaya tanaman porang di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng kini sudah menembus pasar Asia hingga Eropa. Tak tanggung tanggung produksinya pun cukup fantastis mencapai 380 ton per tahun.

Ketua Kelompok Tani Mekarsari Rahayu, Ketut Darpa, ditemui Minggu (9/11), mengungkapkan bahwa pihaknya menekuni budidaya porang setahun sebelum tren porang meluas di masyarakat.

Pada awalnya, bibit porang diperoleh dari hutan. Dari percobaan awal itu, porang menunjukkan kemampuan tumbuh yang baik tanpa perlakuan khusus, mengingat tanaman ini memiliki karakter sebagai tanaman liar.

“Di daerah lain banyak yang ikut-ikutan saat Covid. Kami di Bengkala sudah mulai menanam sejak 2018, sebelum porang booming,” ujarnya.

Baca juga:  Buleleng Optimalkan Pengembangan Budidaya Kopi

Hasil panen awal dikirim dalam bentuk umbi basah ke pabrik pengolahan di Jawa lantaran Bali belum memiliki fasilitas lengkap. Namun, sejak tahun ini, Kelompok Tani Mekarsari Rahayu sudah bisa mengolah porang menjadi chip atau keripik porang kering berkat bantuan peralatan dari Pemkab Buleleng.

“Kami dibantu mesin pencuci, mesin perajang semi modern, hingga fasilitas penjemuran. Nilainya sekitar Rp70 juta,” jelas Darpa.

Dengan peralatan ini, kapasitas produksi dapat mencapai 2 ton chip per hari, tergantung ketersediaan bahan baku. Chip porang hasil penjemuran matahari memiliki nilai jual lebih tinggi di pasar internasional karena dianggap lebih natural.

Baca juga:  Produksi Cabai Turun Penyebab Harga Naik

Ia juga menyebut, permintaan terbesar datang dari negara-negara Asia, terutama China sebesar 60 persen, Taiwan, dan Jepang. Pasar Eropa khususnya Inggris juga mulai menyerap porang produksi Bengkala.

Tingginya permintaan dunia membuat harga porang terus merangkak naik. Pada 2025 harga porang basah di tingkat petani diprediksi bisa mencapai Rp21.000/kg, jauh di atas harga break even point (BEP) yang hanya sekitar Rp4.000/kg. “Tahun lalu harga di awal musim Rp8.000 per kilo, dan di akhir musim naik jadi Rp14.000. Tahun ini diprediksi tembus Rp21.000,” ujar Darpa.

Budidaya porang dinilai sangat menguntungkan karena bibit dapat diperbanyak sendiri, dan tanaman tidak membutuhkan perawatan rumit. Semua pupuk yang digunakan bersifat organik.Saat ini kelompok tani telah mampu mengolah hingga bentuk chip, namun belum bisa memproduksi tepung porang bahan utama pembuatan rice porang dan produk kesehatan.

Baca juga:  BUMN Kembangkan Produksi Obat Herbal

“Kami berharap Pemkab Buleleng dapat memfasilitasi mesin lanjutan, hingga bisa produksi tepung atau bahkan beras porang di Bengkala,” harapnya.

Darpa menyebut, Kelompok Tani Mekarsari Rahayu menjadi satu-satunya kelompok tani di Buleleng yang secara khusus fokus pada budidaya porang dan menjadi off-taker bagi kelompok tani lain di Bangli dan Karangasem. (Yudha/balipost)

BAGIKAN