Budidaya - Akibat pandemi Covid-19, petani menghentikan budidaya Tembakau Virginia karena dua perusahaan mitra petani menutup usahanya. Kini budidaya ini maish bertahan, namun petani mengganti jenis tembakau yang mereka budidayakan dengan Tembakau Rajangan. (BP/Mud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Jika tahun-tahun sebelumnya, Buleleng menjadi daerah penghasil tembakau, namun belakangan ini budidaya itu sebagian besar terhenti. Ini tak bisa dihindari, karena dua perusahaan yang sebelumnya bermitra dengan petani pembudidaya memilih untuk menghentikan usahanya karena dampak pandemi Virus Corona (Covid-19). Situasi ini membuat budidaya tembakau yang menjadi tanaman sela selain menanam padi, sekarang kondisinya terancam punah.

Kepala Dinas Pertanian (Kadistan) Made Sumiarta didampingi Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan Made Agus Adnyana, Senin (22/8) membenarkan hal tersebut.

Kadistan Made Sumiarta menyebut, sejak budidaya ini digeluti, dua perusahaan yang bermitra dengan petani sebelumnya adalah Gudang Garam (GG) dan Beringin Bali (BB). Kedua perusahaan ini sejak lama telah bekerjasama dengan petani di beberapa desa di Buleleng untuk membudidayakan Tembakau Virginia. Sejak perekonomian terganggu karena dampak Covid-19, kedua perusahaan itu lantas menghentikan kerjasamanya.

Baca juga:  Petani Garam Desa Kelating Terancam Punah

Sejak itu, petani tak lagi menanam Tembakau Virginia sampai sekarang. Keputusan tak lagi menanam tembakau diambil, karena kalau petani membudidayakan secara mandiri, sebagian besar petani tak memiliki modal untuk tetap membudidayakan Tembakau Virginia. Apalagi, budidaya ini dikenal dnegan istilah budidaya kaya modal dan padat kerja. “Sejak pandemi Covid-19 itu dua perusahaan yang bermitra dengan petan kita tak lagi menanam, sehingga kondisi ini membuat petani tidak lagi membudidayakan Tembakau Virginia dan mengganti dengan tanaman palwija lain,” katanya.

Menurut Kadistan Made Sumiarta, petani biasnaya membudidayakan tembakau ini sebagai tanaman sela setelah dua kali menanam padi. Sejak tembakau tak lagi ditanam, petani sekarang memilih untuk menanam palawija seperti jagung, kedelai, dan tanaman kacang-kacangan lainnya. Menyusul situas ini, budidaya Tembakau Virginia yang dulu menjadi komuditas pertanian andalan di Buleleng, sekarang berada pada kondisi terancam punah. “Saat ini ada beberapa petani yang masih membudidayakan, hanya saja varietasnya bukan Tembakau Virginia, tetapi duganti dengan jenis Tembakau Rajangan,” jelasnya.

Baca juga:  Ribuan Masyarakat Buleleng Belum Rekam e- KTP, Didominasi Remaja

Kadistan Made Sumiarta menambahkan, budidaya Tembakau Rajangan itu merupakan budidaya mandiri dan sekala kecil. Budidaya ini dilakukan oleh kelompok tani (Poktan) Sari Daun Pertiwi di Desa Patemon, Kecamatan Seririt. Musim tanam tahun 2021 lalu, luas lahan budidayanya tercatat seluas 42 hektar. Dari luas lahan itu, produksi setiap 1 hektar lahan tercatat 1.400 kilogram, sehingga pada tahun itu, Buleleng masih bisa memproduksi Tembakau Rajangan sebanyak 28 ton.

Baca juga:  Permintaan Meningkat, Harga Beras di Buleleng Tembus Rp17 Ribu

Capaian produksi itu, membuat petani terus bertahan dengan tetap membudidayakan Tembakau Rajangan. Musim tanam tahun ini luas budidayanya bertambah menjadi 50 hektar. Dengan tambahan luas lahan itu, Kadistan Sumiarta mengaku optimis produksi tembakau akan meningkat dan yang paling penting adalah mempertahankan budidaya tembakau ini tetap ada dan terhindar dari kepunahan. “Mudah-mudahan saja tidak sampai punah, dan kami yakin dari budidaya Tembakau Rajangan ini akan menambah kapasitas produksi, dan tujuan kita adalah untuk tetap mempertahankan budidaya tembakau jangan smapai punah,” tegas Kadistan Sumiarta sembari diiyakan Kabid Perkebunan Agus Adnyana. (Mudiarta/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *