IB Gede Arjana, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Badung saat berkunjung ke Gili Trawangan, Lombok Utara, Kamis (6/11) untuk mempelajari langsung instalasi desalinisasi air laut. (BP/Istimewa)

LOMBOK, BALIPOST.com – Teknologi sea water reverse osmosis (SWRO) menjadi salah satu opsi strategis bagi Badung dalam menghadapi keterbatasan air baku permukaan, terutama wilayah selatan. Sebab, aliran sungai dari hulu ke hilir di Badung tidak dapat dimanfaatkan secara penuh, salah satunya karena hanya mengalir sampai wilayah Tengah. Demikian disampaikan IB Gede Arjana, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Badung saat berkunjung ke Gili Trawangan, Lombok Utara, Kamis (6/11) untuk mempelajari langsung instalasi desalinisasi air laut.

Ia mengatakan kunjungan ini sebagai langkah persiapan bagi Kabupaten Badung dalam menghadapi tantangan pemenuhan air bersih, terutama untuk wilayah Badung selatan. Dalam kunjungan, hadir Perumda Air Minum Tirta Mangutama (PDAM Tirta Mangutama) diwakili Direktur Teknik PDAM Tirta Mangutama Made Suarsa dan Kabag Produksi, Kabag Prokopim Badung, I Made Suardita, perwakilan dari Kejaksaan Negeri Badung, dan instansi seperti PUPR dan BRIDA.

Baca juga:  Per 1 Maret, Perubahan Tugas dan Fungsi KPP Pratama Berlaku

“Pemerintah Kabupaten Badung melakukan kunjungan kerja ke kawasan Gili Trawangan, Lombok Utara, untuk mempelajari langsung instalasi desalinisasi air laut melalui metode SWRO yang dikelola oleh PT Tiara Cipta Nirwana,” ungkapnya.

Menurut Arjana, distribusi air yang dihasilkan oleh PDAM Tirta Mangutama saat ini menjadi perhatian pemerintah daerah maupun ‎DPRD, khususnya terkait pemenuhan air bersih di Badung Selatan yang masih dalam tahap pembangunan infrastruktur. “Saat ini, pembangunan SWRO di Badung masih berada dalam tahap studi kelayakan (Feasibility Study/FS),” katanya.

Arjana menyebut bahwa meskipun biaya investasi SWRO cukup besar, Pemkab Badung tetap berupaya mewujudkan opsi ini karena kondisi wilayah selatan yang kedekatannya ke laut membuat teknologi tersebut layak dipertimbangkan.

Ia menyebutkan kondisi di Gili Trawangan tidak jauh beda dengan Badung Selatan karena memiliki laut sebagai sumber air baku yang sangat dekat.

Baca juga:  Akibatkan Kemacetan di Badung Selatan, Parkir di Badan Jalan akan Ditertibkan

Sementara itu, Direktur Teknik PDAM Tirta Mangutama Made Suarsa menyampaikan fokus utama saat ini adalah wilayah Badung Selatan, karena di utara sumber air relatif masih cukup. Sedangkan di selatan, sumber air kurang memadai.

Saat ini Badung tengah melakukan pembangunan infrastruktur pipa bawah laut, meski perizinan masih dalam proses karena melewati kawasan konservasi.

Ia mengungkapkan pihaknya sedang membangun desain dari hulu ke hilir. “Sementara sebagai cadangan (backup) melalui reservoir juga sedang disiapkan sambil menunggu pipa bawah laut selesai. Sehingga apabila pipa bawah laut belum rampung, maka reservoir ini akan menjadi backup untuk menjaga stabilitas suplai,” ucapnya.

Kebutuhan air di Badung Selatan ditargetkan minimal 1.500 liter per detik dan maksimal hingga 2.000 liter per detik. Saat ini, kekurangan tercatat sekitar 1.000 liter per detik dengan izin yang telah keluar baru sekitar 300 liter per detik, yang hanya dapat bertahan untuk beberapa tahun.

Baca juga:  Percontohan Penerapan "New Normal," Tiga Gili akan Dibuka Lagi

PDAM melihat opsi SWRO sebagai pilihan selanjutnya untuk menutupi kekurangan tersebut. “Kunjungan kerja ini menjadi langkah penting dalam upaya Pemkab Badung untuk mengamati dan belajar dari praktik pengolahan air laut menjadi air tawar, dengan harapan nantinya bisa diterapkan di Badung Selatan,” harapnya.

Upaya pemenuhan kebutuhan air bersih di wilayah Badung menjadi semakin nyata dan terarah. Pemerintah daerah menegaskan bahwa pemanfaatan teknologi baru seperti SWRO bukan alternatif tunggal, tetapi bagian dari strategi jangka panjang dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN