Sertifikat- Bupati Karangasem I Gusti Putu Parwata menerima secara simbolis Sertifikat GIAHS Salak Sibetan dari Bendesa Adat Sibetan Made Mastiawan, disaksikan Sekda I Ketut Sedana Merta dan jajaran Dinas Pertanian, Senin (3/11). (BP/Ist)

 

AMLAPURA, BALIPOST.com – Kabar menggembirakan datang dari Roma, Italia. Salak Sibetan akhirnya resmi diakui dunia sebagai bagian dari Global Important Agricultural Heritage System (GIAHS), atau Warisan Sistem Pertanian Penting Dunia yang dikelola oleh FAO. Pengakuan ini menegaskan bahwa sistem pertanian agroforestri Salak Sibetan tidak hanya unik, tetapi juga berkelanjutan dan bernilai global.

Senin (3/11), Bupati Karangasem I Gusti Putu Parwata menerima secara simbolis sertifikat GIAHS yang diserahkan oleh Bendesa Adat Sibetan, Made Mastiawan, bersama Ketua Kelompok Tani Dukuh Lestari, I Nengah Suparta. Turut hadir Sekda Karangasem I Ketut Sedana Merta dan Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura, I Gusti Lanang Swastika.

Baca juga:  Perkuat Ekonomi Lokal, Fraksi Demokrat Bersatu DPRD Gianyar Usulkan Ini

Menariknya, di balik kabar besar ini terselip keputusan penting Bupati Gus Par. Meski diundang secara resmi ke Roma untuk menerima sertifikat, ia memilih tidak berangkat. Alasannya sederhana namun berdampak besar: efisiensi anggaran.

“Biaya keberangkatan bisa menelan ratusan juta rupiah. Sementara kita masih dihadapkan pada pemotongan anggaran pusat sebesar Rp202 miliar. Saya lebih memilih dana itu digunakan untuk membangun infrastruktur dan kebutuhan masyarakat Karangasem,” ujar Parwata.

Sebagai bentuk komitmen daerah, Pemkab Karangasem menugaskan Kabid TPH bersama perwakilan petani Sibetan untuk menghadiri seremoni di markas FAO Roma, 31 Oktober 2025. Dalam kesempatan itu, delegasi Salak Sibetan yang berangkat bersama perwakilan KBRI Italia membawa berbagai produk unggulan daerah—mulai dari salak segar hingga olahan seperti wine dan bir salak. Respons dunia pun luar biasa.

Baca juga:  Kembangkan Sektor Lain yang "Inline" Pariwisata

“Sepuluh jenis salak yang kami bawa habis dicicipi, sementara hampir seluruh bir salak diminati tamu undangan dari berbagai negara,” ujar I Gusti Lanang Swastika.

Bupati Gus Par menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Pertanian RI serta seluruh pihak yang mendukung proses panjang pengakuan ini.

“GIAHS bukan hanya kebanggaan, tapi juga peluang. Dengan pengakuan dunia, nilai ekonomi salak Sibetan akan meningkat, petani makin sejahtera, dan sistem pertanian tradisional kita tetap lestari,” ujarnya.

Baca juga:  Tak Ada Anggaran, Perbaikan Pasar Menanga Tidak Bisa Dilakukan

Sebagai tindak lanjut, kata Parwata, Karangasem bersiap menyambut sekitar 40 delegasi dari kedutaan besar negara sahabat dan organisasi mitra internasional yang akan berkunjung ke Sibetan dalam rangka Hari Tani Nasional. Mereka dijadwalkan mengikuti gala dinner dan tur lapangan, menyaksikan langsung keindahan dan keunikan sistem pertanian salak Sibetan yang kini telah diakui dunia. (Adv/balipost)

 

BAGIKAN