
TABANAN, BALIPOST.com – Dunia seni tradisi Bali kembali berduka. Seorang maestro arja klasik legendaris, I Made Liges, asal Banjar Dadakan, Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Tabanan, berpulang pada Sabtu (11/10) pukul 15.00 Wita. Almarhum dikenal luas sebagai pemeran Kartala dalam Arja Klasik RRI yang begitu populer di era 1980-an.
Suasana duka menyelimuti kediaman almarhum di Banjar Dadakan sejak Sabtu sore. Sejumlah kerabat, seniman, dan warga setempat tampak datang melayat untuk memberikan penghormatan terakhir kepada sosok yang dikenal rendah hati dan berdedikasi tinggi terhadap seni pertunjukan Bali.
Putra almarhum, I Wayan Suardana, mengungkapkan bahwa ayahnya telah lama tidak aktif menari, terutama dalam 15 tahun terakhir, karena faktor usia dan banyak rekan seprofesinya telah lebih dulu berpulang.
“Bapak sudah jarang tampil karena usia. Selain itu, beliau juga sempat sakit prostat, tetapi tidak banyak bercerita kepada keluarga. Akhirnya dibawa ke rumah sakit dan menjalani operasi sebelum meninggal dunia,” tutur Suardana.
Sementara itu, istri almarhum, Ni Nyoman Mayas, mengenang sosok suaminya sebagai seniman serba bisa yang sangat mencintai dunia arja. “Beliau dikenal mahir memerankan karakter Kartala bersama dua tokoh arja klasik lainnya, yakni Penasar almarhum Bapak Monjong dan Mantri Buduh almarhum Ketut Ribu. Mereka bertiga menjadi ikon pertunjukan Arja Klasik RRI di masa kejayaannya,” kenangnya.
Selain dikenal sebagai seniman, almarhum I Made Liges juga pernah bekerja di radio milik pemerintah hingga pensiun pada tahun 2000. Meski demikian, semangat berkaryanya tak pernah surut. Usai pensiun, almarhum lebih banyak mengabdikan diri di pura sebagai Pemangku Hyang Kubayan di Banjar Dadakan. Ia juga kerap menabuh gender saat ada upacara keagamaan.
“Kalau dulu waktu masih sehat, hampir setiap hari pentas ke seluruh Bali, bahkan sampai ke Lombok dan Banyuwangi. Tapi setelah pensiun, beliau lebih banyak di rumah dan di pura,” tambah istrinya.
Upacara pengabenan almarhum dijadwalkan berlangsung 14 Oktober 2025 dengan prosesi meletakkan sawa di bale adat, dilanjutkan pemandian jenazah atau ngeringkes pada 17 Oktober 2025, sebelum akhirnya dilakukan prosesi pengabuan. Almarhum meninggalkan seorang istri, dua anak kandung, dan tiga orang cucu.(Puspawati/balipost)