Pemuliaan Maestro Bapa Begeg, Sekaa Gong Taruna Mekar Tunjuk suguhkan karya-karya emasnya di PKB ke-47, Selasa (8/7). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sebuah penghormatan tulus terhadap maestro karawitan Bali, I Wayan Begeg, mewarnai panggung Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Selasa (8/7).

Sekaa Gong Taruna Mekar Tunjuk dari Banjar Tunjuk Kaja, Tabanan, menghadirkan garapan-garapan langka karya sang maestro dalam tajuk Pemuliaan Karya Maestro Bapa Begeg sebagai bagian dari program khusus Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47.

Dipandu pembina seni I Made Arnawa, SSKar., M.Sn., pertunjukan ini menjadi lebih dari sekadar pergelaran – ia menjadi napak tilas atas jejak estetika seorang seniman besar dari Banjar Pangkung, Tabanan. “Kami bawakan karya-karya orisinal Bapa Begeg, sebagai bentuk pemuliaan dan pengenalan ulang kepada generasi kini,” ujar Arnawa.

Melibatkan 27 penabuh dan 13 penari, pertunjukan dibuka dengan Gending Gambang Misagagang. Gending ini diciptakan oleh Bapa Begeg tahun 1956 untuk lawatan Sekaa Gong Pangkung Tirta Kentjana ke luar negeri. Gending ini membangkitkan atmosfer klasik, penuh rasa, dan bernuansa ritual.

Baca juga:  Diguyur Hujan, Pementasan Parade Gong Kebyar Wanita Ditunda

Sajian dilanjutkan dengan Tari Pendet Pangkung, sebuah tari penyambutan khas yang berasal dari tahun 1942. Tari ini merupakan adaptasi dari tari pependetan sakral dan sempat dipentaskan di Betawi atas undangan pemerintah Jepang. Penari menabur bunga dengan sembah bhakti, mengundang kesyahduan dalam kebersahajaan.

Momen reflektif muncul saat penonton disuguhkan Tari Kebyar Duduk, karya monumental I Ketut Mario tahun 1925 dengan iringan karawitan garapan maestro lain seperti I Wayan Gejir dan I Wayan Sukra. Tari ini menonjolkan dinamika gerak dalam posisi duduk, menggambarkan kelincahan dan kepiawaian pemuda Bali.

Baca juga:  Kisah Sambeng Agung, Warisan Leluhur dari Canggu yang Dihidupkan Kembali di PKB 2025

Selain karya Bapa Begeg, pergelaran juga menyisipkan Tabuh Kreasi Ratna Wijaya, ciptaan I Wayan Sinti tahun 1970-an. Komposisi ini tampil beda, mengusung struktur kompleks berupa gegineman, gegenderan, ocak-ocakan hingga pengecet yang memperkaya suasana musikal.

Puncak pementasan ditutup dengan Tari Oleg Tamulilingan, kisah simbolik antara kumbang dan bunga di taman. Sekaa Gong Taruna Mekar membawakan versi klasik tabanan, dengan format iringan yang dulu digunakan sebelum berubah dalam perkembangan selanjutnya. “Kami bawakan dengan cara lama, agar publik tahu bentuk awalnya,” kata Arnawa.

Persiapan panjang dilakukan, termasuk menggali kembali rekaman-rekaman langka karya Bapa Begeg, hasil kerja sama dengan Perbekel Desa Delod Peken. Dari sana diperoleh rekaman bersejarah, seperti Gending Gambang Misagagang yang pernah pentas di Amerika (1957 dan 1962), serta rekaman asli Tari Pendet Pangkung.

Baca juga:  Ratusan Siswa Dikerahkan Sambut Kunker Jokowi Resmikan Bendungan Tamblang

Arnawa bersama Sekaa Gong Taruna Mekar pun melakukan kolaborasi dengan penari Desa Delod Peken untuk menjaga keaslian gerak dan pakem tari. Semua itu dilakukan sebagai penghormatan pada dedikasi dan kontribusi Bapa Begeg dalam perkembangan karawitan Bali.

Pertunjukan ini tak hanya jadi peristiwa budaya, namun juga menjadi pengingat bahwa warisan maestro harus terus dihidupkan, dibaca ulang, dan diapresiasi dalam konteks zaman kini. Dengan cara itu, sejarah tak lekang, dan nilai-nilai luhur tetap lestari. (Adv/balipost)

BAGIKAN