Kepala OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu. (BP/May)

DENPASAR, BALIPOST.com – Aktivitas investasi di pasar modal Bali terus menunjukkan tren positif di tengah dinamika ekonomi global. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah investor pasar modal di Provinsi Bali hingga Juli 2025 masih tumbuh tinggi dengan capaian double digit di seluruh instrumen.

Kepala OJK Provinsi Bali, Kristrianti Puji Rahayu di Denpasar, Jumat (10/10) menyebutkan, jumlah investor saham di Bali mencapai 163.889 Single Investor Identification (SID), atau tumbuh 25,87 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Pertumbuhan ini menunjukkan semakin tingginya literasi dan minat masyarakat Bali terhadap investasi yang produktif dan terukur,” ujarnya.

Selain saham, investor Reksa Dana juga meningkat 20,22 persen yoy, sementara Surat Berharga Negara (SBN) tumbuh 17,45 persen yoy.

Baca juga:  Jalan Raya Banyuatis-Seririt Jebol

Nilai kepemilikan saham masyarakat Bali tercatat mencapai Rp6,21 triliun, melonjak 30,43 persen yoy, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Juli 2024 yang hanya 0,14 persen yoy. Nilai transaksi saham juga meningkat signifikan menjadi Rp3,54 triliun, tumbuh 65,27 persen yoy, dibandingkan 12,07 persen yoy pada periode sebelumnya.

Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Denpasar, I Gusti Agus Andiyasa, menambahkan bahwa tren peningkatan investor banyak didorong oleh partisipasi generasi milenial dan Gen Z.

“Transaksi saham secara online memudahkan aktivitas para investor untuk bertransaksi dari manapun. Banyak kelompok milenial kini menjadi investor aktif atau yang dikenal sebagai trader,” ujarnya.

Baca juga:  Akibat Gempa, Sejumlah Warga di Klungkung Luka-Luka

Trader merupakan investor yang aktif melakukan transaksi jual-beli saham untuk mencari keuntungan jangka pendek dari pergerakan harga, berbeda dengan investor yang berorientasi jangka panjang. “Pemahaman terhadap dua karakter pelaku pasar ini penting agar investor pemula bisa menyesuaikan strategi investasinya sesuai tujuan keuangan.

Di sisi lain, sektor pembiayaan di Bali juga menunjukkan kinerja positif. Total piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan pada Juli 2025 mencapai Rp11,89 triliun, tumbuh 8,55 persen yoy, meningkat dibandingkan 8,07 persen yoy pada Juli 2024.

Pembiayaan tersebut didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi kendaraan bermotor (20,32 persen), serta aktivitas penyewaan dan jasa penunjang usaha lainnya (13,56 persen). Tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) masih relatif rendah dan terkendali di 1,37 persen, hanya naik sedikit dari 0,94 persen setahun sebelumnya.

Baca juga:  Dilalui Proyek Investor, Warga Tutup Akses Jalan Swadaya

Sementara itu, pembiayaan melalui perusahaan modal ventura juga meningkat menjadi Rp99,43 miliar, tumbuh 9,52 persen yoy dengan NPF 1,25 persen, tetap dalam kategori sehat.
Kinerja positif ini memperlihatkan bahwa sistem keuangan Bali tetap solid, dengan dukungan minat investasi masyarakat yang semakin tinggi. Baik pasar modal, pembiayaan, maupun modal ventura terus tumbuh sejalan dengan optimisme ekonomi daerah hingga akhir 2025.(Dika/balipost)

BAGIKAN