
DENPASAR, BALIPOST.com – Ketahanan landscape Bali perlu dievaluasi. Maka dari itu Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol meminta agar seluruh jajaran dan semua pihak di Bali mencermati kondisi landscape Bali yang harus terus ditingkatkan.
“Mengingat akhir-akhir ini perubahan global tak bisa dikendalikan segera. Triple planet crisis yang berdampak pada perubahan pola curah hujan, yang cenderung sangat ekstrem memerlukan ketahanan yang lebih dari Bali. Sehingga melalui kegiatan yang diinisiasi Gubernur ini, akan terus dilanjutkan pada daerah-daerah yang sangat penting untuk menyangga Bali,” ujar Hanif Faisol usai melakukan penanaman pohon di Taman Kehati, Kesiman, Jumat (26/9).
Salah satu langkah meningkatkan landscape Bali, dilakukan penanaman 500 bibit pohon di Taman Kehati di antaranya pohon Mangga, Nangka, dan Cempaka, dll. “Hari ini salah satu momentum untuk meningkatkan keberadaan tanaman pada kebun kehati di Denpasar,” ujarnya.
Selain itu, bagian hulu akan terus dilakukan rehabilitasi, reboisasi dan reforestasi. Ke depan tidak hanya menanam tapi juga akan diberikan guidance kepada pemilik taman kehati untuk meningkatkan keanekaragaman hayati.
“Tidak hanya melakukan penanaman tetapi harapan kita setiap saat monitoring perkembangan biodiversity yang terbangun dari tanaman yang ditanam hari ini,” ujarnya.
Penanaman pohon ini simbol pemda melakukan langkah konkret yang dapat diikuti bersama untuk mengembalikan ketahanan landscape Bali. Ia mengajak masyarakat untuk terus menanam pohon.
Di samping langkah tersebut, rancangan besar Bali dalam mengembalikan lingkungan hidup Bali, saat ini pemprov dengan seluruh kabupaten/kota serta kementerian LH sedang menyusun kembali lingkungan hidup strategis Bali. Dalam waktu dekat, Bali akan memiliki pola dasar untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan landscape dalam rangka menghadapi krisis lingkungan global ini.
Dalam kajian tersebut, tidak hanya DAS Ayung yang dievaluasi tapi sungai seluruh se-Bali. Karena perubahan iklim telah mengubah pola dari curah hujan dan musim. Seperti curah hujan ekstrem yang terjadi di Bali belum lama ini 245,75 mm per detik. Maka dari itu wajib menjawab tantangan alam.
“Dari hulu ke hilir selama satu hari dari tanggal 9 September kemarin, rata-rata curah hujan 245,75 mm per detik. Itu artinya dalam 1 meter persegi, ada air sejumlah 245,75 liter jadi sedemikian besar. Dikalikan dengan luas Sungai Ayung , maka jutaan meter kubik air yang turun hari itu,” jelasnya.
Kondisi itu diperparah dengan landscape Bali. Luas DAS Ayung 49.000 ha, pepohonannya hanya tersisa 1.500 ha, padahal minimal harus ada 30 persen tutupan hutan.
Ia berharap nantinya pohon bisa bertambah dengan melihat kondisi hilir yang sangat padat. Meski dalam pelaksanaannya perlu disesuaikan dengan tipologi dan budaya masyarakat.
“Tidak melulu pohon hutan, tapi bisa pohon yang sesuai kebutuhan masyarakat untuk mendorong pelibatan peran masyarakat dalam menjaganya,” ujarnya.
Hal itu sedang dikaji karena menurutnya landscape sungai tidak hanya soal reboisasi pohon tapi juga perlu pembangunan di bidang teknik sipil yang mengendalikan curah hujan seperti perbaikan drainase dan sungai. Untuk itu, dalam waktu dekat, pemda akan mulai pembangunan dari hulu untuk meningkatkan kapasitas landscape Bali.
Bersama lintas sektor, Gubernur juga akan mengatur sempadan sungai. Jika diperlukan penertiban, penegakan sempadan sungai, maka hal itu bisa dilakukan. Namun perencanaan pembangunan Bali termasuk penataan aliran sungai pascabanjir yang menewaskan 18 orang dan 4 orang belum ditemukan itu, harus dilengkapi dengan dokumen.
Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan sedang memetakan permasalahan dari 4 sungai besar yang ada di Bali. Hal ini dilakukan untuk mencegah banjir dan potensi bencana lainnya. Keempat yaitu Sungai Ayung, Badung, Unda, Tukad Mati. Keempat sungai tersebut mengalir lintas kabupaten/kota dan berpotensi menyebabkan banjir besar.
“Sekarang yang prioritas adalah Tukad Badung, Ayung dan Tukad Mati. Kalau Tukad Unda, konstruksinya sudah masuk tahap penanggulangan bencana dengan dibuatkan tanggul, belokannya, alirannya ke kiri dan ke kanan sehingga tidak terlalu deras ke hilir,”ujarnya. (Citta Maya/balipost)