
MANGUPURA, BALIPOST.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Badung mulai menghitung kerugian akibat banjir yang melanda wilayahnya. Saat ini, BPBD tengah melakukan input data pada sistem Layanan Elektronik Penanggulangan Bencana (Lencana) sebelum turun langsung ke lapangan untuk kajian.
Kasi Rekon BPBD Badung, Putu Juniarta, menjelaskan, proses pendataan masih berlangsung. “Sekarang masih tahap input data di sistem kebencanaan, mulai dari permohonan sampai pada kajian tim Jitupasna,” ungkap Juniarta, pada Kamis (18/9).
Menurutnya, informasi detail baru bisa disampaikan setelah tim Jitupasna melakukan penugasan di lapangan. Hingga kini, BPBD mencatat 353 titik terdampak banjir dengan 860 kepala keluarga korban. Namun, proses asesmen belum final karena masih ada tiga korban banjir di Mengwitani yang belum ditemukan.
“Belum update, karena masih ada tiga korban yang belum ditemukan masih penyisiran. Sekarang pun tim TRC masih asesmen ke lapangan, karena banyaknya dampak bencana,” tegasnya.
Banjir sebelumnya menelan korban jiwa, satu orang meninggal di Kuta Utara dan tiga orang hilang di Mengwitani. Penanganan darurat kini difokuskan pada pembersihan material banjir, perbaikan infrastruktur, distribusi sembako, serta monitoring kesehatan warga.
Tim gabungan TNI, Polisi, SAR, BPBD, dan Linmas juga terus melakukan pencarian korban hilang.
Di sisi lain, banjir berdampak serius pada pasokan air bersih. Direktur Utama Perumda Tirta Mangutama, I Wayan Suyasa, mengatakan sistem pengolahan terganggu akibat sampah yang masuk ke instalasi.
“Kami sudah menyalurkan air melalui mobil tangki, tapi dengan skala dampak banjir ini tentu tidak semua bisa terlayani,” ujarnya.
Wilayah Badung Selatan menjadi yang paling terdampak karena pasokan dari Instalasi Estuari terganggu. Selain distribusi, lonjakan biaya operasional juga dialami Perumda akibat tingkat kekeruhan air baku yang meningkat pascabanjir. (Parwata/balipost)