
SINGARAJA, BALIPOST.com – Polres Buleleng menyalurkan 60 ton beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dengan harga terjangkau kepada masyarakat. Langkah ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan dan kestabilan harga beras di wilayah Buleleng.
Kapolres Buleleng, AKBP Ida Bagus Widwan Sutadi, Kamis (14/8) mengatakan, beras SPHP dijual seharga Rp 11.500 per kilogram lebih murah dibanding harga pasar yang saat ini menembus Rp 12.500 per kilogram.
Penjualan beras dimulai sejak Rabu (6/8) di setiap polsek dan di Wantilan Eks Pelabuhan Buleleng. Program ini menggandeng Bulog dalam kegiatan bertajuk Gerakan Pangan Murah, yang digelar serentak di seluruh Indonesia oleh Polri.
Menurut AKBP Widwan, langkah ini diambil sebagai respons atas lonjakan harga beras di beberapa daerah Jawa akibat kelangkaan pasokan. Kondisi tersebut terjadi usai Bareskrim mengungkap kasus beras oplosan, yang membuat sejumlah produsen menarik produk dari pasaran.
“Kami harap Gerakan Pangan Murah ini dapat mengintervensi harga beras di pasaran, sehingga tidak membebani masyarakat,” ujarnya.
Terkait pengawasan beras oplosan di Buleleng, AKBP Widwan menegaskan pihaknya rutin melakukan pemantauan bersama Satreskrim dan Sat Intelijen Polres Buleleng. Hingga kini, belum ditemukan indikasi beras oplosan atau beras yang tidak sesuai takaran.
“Kami pantau gudang-gudang penyimpanan beras untuk memastikan tidak ada penimbunan. Beras harus segera didistribusikan untuk masyarakat,” tandasnya.
Bagi warga, program ini menjadi angin segar di tengah mahalnya harga beras. Suhana (67) dan Ariana (61), warga Kelurahan Kampung Bugis, Kecamatan Buleleng, mengaku harga beras di pasaran bahkan sempat mencapai Rp 16–17 ribu per kilogram. Mendengar adanya Gerakan Pangan Murah, keduanya langsung datang ke Wantilan Eks Pelabuhan Buleleng.
“Syukuri saja ada yang murah. Yang penting bisa makan, apalagi sehari-hari penghasilan saya cuma Rp 35 ribu dari jualan ciki-cikian dan es,” kata Ariana. (Yudha/Balipost)