Petani saat menunjukkan jangkauan gelombang pasang yang sempat menerjang tanaman padi miliknya. (BP/gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Cuaca buruk selama beberapa bulan membuat para petani cemas. Sebab, gelombang pasang sudah menjangkau lahan pertanian warga.

Seperti yang terjadi pada lahan pertanian di sepanjang pesisir Banjar Monggalan dan Banjar Batur Desa Kusamba, Klungkung. Puluhan hektar tanaman padi milik warga rusak parah.

Salah satu petani di lokasi, Ketut Sukarta, saat ditemui Senin (4/8), mengatakan cuaca buruk seperti ini udah berlangsung lama, sekitar tiga bulan. Sejumlah petakan lahan pertanian selalu tersapu ombak ganas.

Baca juga:  APBD Bali 2025 Dirancang Defisit Rp800 Miliar

Lahan-lahan pertanian tergenang air laut dan tertimbun pasir yang terbawa oleh gelombang. Dia bingung ke depan akan seperti apa, menghadapi situasi seperti ini. Apa lagi dia kebetulan hanya sebagai penyangkap.

“Paling besar (gelombang pasang) terjadi saat malam, ombak menjangkau puluhan meter ke pesisir. Hasil panen turun. Karena padi terus diterjang angin kencang dan ombak,” kata Sukarta.

Kondisi cuaca sendiri menurut dia amat mempengaruhi hasil panen. Sebelum cuaca buruk, biasanya hasil panennya dibayar Rp 350 ribu per are.

Baca juga:  9 Orang Disambar Petir, 2 Tewas

Dengan kondisi padi sudah rusak, padinya sekarang terpaksa dilepas seharga Rp 58 ribu hingga Rp 60 ribu per are, karena harus dipanen lebih awal. Hasil ini jelas sangat merosot.

Sehingga membuat kalangan petani setempat rugi jutaan rupiah, karena hasil panen yang mengecewakan jelas tidak menutupi biaya bibit, pupuk dan tenaga selama merawat padi.

Menurut dia, hal serupa juga terjadi kepada lahan pertanian yang digarap petani lain. Gelombang pasang mengganas hingga membuat tanaman padi tertimbun pasir di sepanjang pesisir itu.

Baca juga:  Nelayan Paceklik, Harga Ikan Pindang Naik 

Sementara yang tidak terkena gelombang pasang, justru juga dirusak oleh angin kencang. Dia tidak tahu sampai kapan situasi ini akan berakhir. Karena kondisi cuaca belakangan sulit diprediksi. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN