
DENPASAR, BALIPOST.com – Palebon ibunda Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara, Ni Jero Samiarsa, Senin (4/8) dilakukan sampai tingkatan ngewangun. Sebelumnya, upacara nyiramin dilaksanakan pada 20 Juli.
“Karena bagaimana pun juga ibu tiang seorang serati banten sehingga dibenarkan tingkatan upacaranya sampai ngewangun,” ungkap Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara belum lama ini.
Tingkatan upacara ini melibatkan seluruh organ tubuh (awangun) dalam upakara, sehingga perlengkapannya lebih banyak.
Selain itu, dalam rangkaian palebon yang dilaksanakan hari ini, diiringi lembu hitam dan ogoh-ogoh Cupak.
Menurut seniman ogoh-ogoh AA. Bagus Suendra Diputra dari Tegal Agung, Kesiman, dipilihnya cupak sebagai wujud dari ogoh-ogoh ini karena identik dengan babi guling. Cupak ini nantinya akan menjadi simbolisasi mengusung guling panyujuk dalam prosesi palebon.
“Biasanya guling diusung dua orang, namun karena prosesi ini melibatkan banyak pangayah, maka dibuatlah ogoh-ogoh agar bisa diusung bersama,” jelas Bagus Suendra.
Babi guling yang digunakan sebagai sarana upakara adalah guling panyujuk (anak babi yang belum dikebiri).
Sedangkan lembu hitam dalam upacara palebonan (Ngaben) memiliki filosofi sebagai kendaraan (petulangan) untuk mengantarkan jenazah khususnya bagi mereka yang berasal dari golongan ksatria dan brahmana welaka.
Lembu dipercaya sebagai wahana atau tunggangan Dewa Siwa, yang membantu mengarahkan roh orang yang meninggal menuju alam tujuan.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah filosofi pemilihan Cupak dalam upacara palebon:
1. Simbolis Pengiring Guling
Cupak, yang identik dengan babi guling, dipilih karena guling adalah sarana penting dalam upacara ngaben, khususnya sebagai “panyujuk” (sesaji).
2. Representasi Bhuta Kala
Ogoh-ogoh secara umum, termasuk Cupak, merepresentasikan Bhuta Kala, yaitu kekuatan alam semesta dan waktu yang tidak terbatas dan tidak tergoyahkan. Dalam konteks ini, Bhuta Kala juga diartikan sebagai kekuatan negatif yang perlu dinetralisir.
3. Penghormatan dan Pelancar Upacara
Kehadiran ogoh-ogoh Cupak dalam palebon juga menjadi bentuk penghormatan kepada leluhur dan diharapkan dapat melancarkan jalannya upacara.
4. Adaptasi Tradisi
Pemilihan Cupak sebagai pengiring guling adalah bentuk adaptasi tradisi, di mana tokoh Cupak yang erat kaitannya dengan babi guling diangkat menjadi simbol dalam upacara.
5. Simbol Pembersihan dan Netralisasi
Meskipun diiringi guling dan diarak, ogoh-ogoh pada akhirnya akan dimusnahkan (dibakar) sebagai simbol pembersihan dan netralisasi energi negatif yang mungkin ada. (Citta Maya/balipost)