Pelatihan penanggulangan bencana kebakaran di dua desa yang dijadikan pionir TDSK. (BP/Bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Upaya mempercepat waktu respon dalam penanggulangan kebakaran mulai dilakukan Satpol PP Tabanan melalui inovasi pembentukan Tim Desa Siaga Kebakaran (TDSK). Dua desa di Kecamatan Selemadeg Timur, yakni Megati dan Bantas, dipilih sebagai pilot project dari program tersebut.

“Inovasi ini kami rancang untuk mempersingkat waktu respon penanganan kebakaran, khususnya di wilayah pelosok,” ungkap Kepala Bidang Pemadam Kebakaran Satpol PP Tabanan, I Wayan Suakta, Jumat (1/8).

Ia menjelaskan, TDSK dibentuk sebagai garda terdepan penanganan awal kebakaran sebelum unit pemadam tiba di lokasi. Dimana anggota TDSK dibekali pelatihan penanganan kebakaran ringan dan penggunaan peralatan seperti mesin pompa rakitan untuk pemadaman awal.

Baca juga:  Kantor Unit BRI Tamblang Terbakar

Tak hanya itu, tim ini juga dilatih membuat laporan awal dengan teknologi GPS dari ponsel untuk memudahkan pemetaan titik kebakaran. Informasi awal seperti jenis benda terbakar dan kondisi lokasi menjadi bahan penting bagi petugas Damkar saat menuju lokasi kejadian.

Lanjut kata Suakta, program ini juga merupakan bagian dari implementasi Si Cepat Jaga Tabanan (Sinergitas Cepat Tanggap Kebakaran Terintegrasi Jaga Tabanan) yang fokus pada percepatan respon kebakaran.

Baca juga:  Diduga Gas Bocor, Rumah Makan Ludes Terbakar

Megati dan Bantas dipilih berdasarkan capaian waktu respon ideal yakni maksimal 15 menit. “Respon time di wilayah ini sudah memenuhi, jadi kami jadikan locus pembentukan TDSK,” terang Suakta.

Menurutnya, pembentukan TDSK tak lepas dari meningkatnya kasus kebakaran di Tabanan yang setiap tahun cenderung bertambah. Data menunjukkan, pada 2023 terjadi 146 kasus kebakaran, sementara pada 2024 tercatat 101 kasus. Sementara, sepanjang Januari hingga Juli 2025, tercatat sudah terjadi 36 kasus.

Kerugian akibat kebakaran selama dua tahun terakhir ditaksir mencapai miliaran rupiah. Di sisi lain, keterbatasan armada dan personel pemadam membuat penanganan belum bisa menjangkau secara optimal seluruh wilayah.

Baca juga:  Kandang di Susut Terbakar, Puluhan Ribu Bibit Ayam Mati

“Idealnya, satu kecamatan punya satu pos damkar, satu unit mobil, dan 15 personel. Tapi itu butuh anggaran besar. Karena itu kami dorong inovasi berbasis desa ini,” ujarnya.

Suakta berharap, TDSK bisa menjadi solusi alternatif yang ke depannya bisa direplikasi ke desa-desa lain di Tabanan. “Minimal, mereka bisa lakukan langkah penanganan awal. Ini penting, mengingat waktu sangat menentukan dalam menekan dampak kebakaran,” pungkasnya. (Puspawati/Balipost)

 

BAGIKAN