
DENPASAR, BALIPOST.com – Di ruang operasi RSUP Prof. Ngoerah di Bali, sekelompok dokter bedah menatap layar 3D dengan saksama. Tangan mereka tak menyentuh pasien di depannya, melainkan konsol kendali robot canggih.
Sementara itu, di Jakarta, ribuan kilometer jauhnya, seorang pasien terbaring tenang di meja operasi. Dua ruang operasi ini terhubung jaringan Hyper 5G Telkomsel.
Di ruang operasi di Jakarta, ia ditangani lengan robot yang dikendalikan secara real-time dari Bali. Presisi perintah gerakan robot, tampilan gambar tiga dimensi, hingga kestabilan instrumen bedah dikawal oleh kecepatan internet yang mencapai lebih dari 100 Mbps, latensi di bawah 25 milidetik, dan jitter di bawah 10 milidetik.
Inilah potret masa depan layanan kesehatan Indonesia—masa depan yang sudah hadir sejak tahun lalu.
Potret itu merupakan peristiwa hampir setahun lalu, akhir Agustus 2024, saat RSUP Prof. Ngoerah pertama kalinya menginisiasi bedah telerobotik jarah jauh dengan menembus jarak 1.200 kilometer antara RSUP Prof. Ngoerah di Denpasar dengan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) di Jakarta.
Koneksi real-time ini hanya mungkin berkat jaringan broadband Hyper 5G Telkomsel yang mendukung latensi ultra-rendah, kecepatan tinggi, dan stabilitas transmisi data.
Seperti disampaikan saat itu oleh Indrawan Ditapradana yang menjabat sebagai , Direktur Human Capital Management Telkomsel. Ia mengutarakan teknologi 5G memungkinkan Indonesia menjawab tantangan geografis—bukan dengan menembus hutan atau mendaki pegunungan, tetapi dengan melompati jarak melalui koneksi digital tanpa batas.
“Ini adalah wujud nyata semangat Telkomsel untuk memberdayakan tenaga kesehatan dengan teknologi terdepan agar jarak bukan lagi menjadi hambatan,” kata Indrawan.

Di era teknologi serba cepat ini, layanan kesehatan tak lagi hanya bicara soal kualitas tenaga medis, alat operasi tercanggih, atau gedung rumah sakit megah. Kini, satu hal yang tak kalah penting adalah konektivitas—dan bukan sekadar internet cepat, melainkan jaringan broadband berkecepatan tinggi, stabil, dan berlatensi rendah.
Hal inilah yang sedang dibuktikan Indonesia melalui jaringan Hyper 5G Telkomsel, pionir 5G nasional telah mengukir sejarah dengan mendukung pelaksanaan bedah telerobotik pertama di Indonesia bahkan Asia Tenggara.
Mewujudkan Pemerataan Layanan Kesehatan
Tantangan distribusi tenaga medis di Indonesia masih nyata. Berdasarkan data Kemenkes awal 2024, Indonesia kekurangan sekitar 120 ribu dokter umum dan 30 ribu dokter spesialis, dengan sebaran yang timpang—59% dokter spesialis terkonsentrasi di Jawa. Di wilayah timur seperti NTT atau Papua, tenaga medis masih jauh dari cukup.
Dalam kondisi ini, kehadiran jaringan 5G membuka harapan baru, yakni pemerataan layanan kesehatan modern melalui bedah jarak jauh. Dokter-dokter ahli tidak harus datang ke daerah terpencil; melalui robotic telesurgery, keahlian mereka dapat menjangkau ruang operasi di pelosok, real-time, dengan presisi yang tak kalah dari operasi konvensional.
Menurut Prof. dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid yang merupakan guru besar di bidang kedokteran, bedah robotik, apalagi yang telerobotik, membawa keunggulan signifikan dibanding operasi tradisional. Lengan robot bekerja dengan gerakan super presisi, luka operasi lebih kecil, perdarahan berkurang, dan proses pemulihan lebih cepat. Selain itu, risiko infeksi akibat mobilitas pasien antar-rumah sakit juga dapat ditekan.
Ke depannya, teknologi telerobotik bisa digunakan untuk lebih banyak jenis bedah, menjangkau lebih banyak pasien di berbagai daerah.
“Telerobotik surgery bukan hanya soal gengsi teknologi. Ini soal pemerataan kualitas layanan rumah sakit. Bayangkan, pasien di Sumba atau Papua bisa dioperasi oleh dokter ahli urologi terbaik tanpa harus terbang ke Jakarta atau Denpasar. Biaya turun, risiko infeksi lintas rumah sakit juga berkurang.”
Selain itu, teknologi ini membuka peluang kolaborasi lintas disiplin. Dokter dari berbagai bidang bisa mengoperasikan robot bedah dari lokasi yang berbeda, sekaligus mendiskusikan kasus secara virtual dengan kecepatan data yang instan.
Pionir 5G di Indonesia
Kesuksesan ini tidak datang tiba-tiba. Sejak 2021, Telkomsel sebagai pionir 5G di Indonesia terus membangun cakupan Hyper 5G di lebih dari 1.000 titik di 56 kota, termasuk Bali. Infrastruktur ini mendukung kecepatan di atas 100 Mbps, latensi di bawah 25 ms, dan jitter di bawah 10 ms—parameter teknis yang krusial agar perintah dari konsol bedah di Bali bisa diterjemahkan oleh lengan robot di Jakarta tanpa jeda berarti.
Tak hanya itu, Telkomsel menghadirkan solusi Infrastructure-as-a-Service (IaaS), layanan eSIM, jaringan optik khusus point-to-point, hingga kapabilitas multicast, yang memastikan data citra bedah ditransmisikan jernih dan presisi tinggi.
Menurut Erwin Kusumawan, Manager Corporate Communications Telkomsel Jawa Bali, Kamis (24/7), pada prinsipnya Telkomsel membuka seluruh sektor yang ingin memanfaatkan layanan 5G. Ia pun menyebut saat ini Telkomsel telah mengembangkan jaringan Hyper 5G di Bali 223 titik di Denpasar dan Badung untuk mendukung destinasi pariwisata global seperti Kuta‑Canggu, Nusa Dua, dan Sanur. Tujuannya, agar para wisatawan internasional dapat menikmati layanan 5G setara standar negara asal mereka.
“Strategi ini sangat cocok untuk mendukung sektor wisata, termasuk wellness tourism, yang saat ini tengah dikembangkan oleh Pemerintah Bali sebagai next‑level dalam strategi pariwisata,” ungkapnya.

Ia pun mengakui , Telkomsel juga telah mengimplementasikan 5G untuk robotic telesurgery di RSUP Prof. Ngoerah) yang merupakan bagian dari kolaborasi dengan Urological Association of Asia (UAA) dan rumah sakit besar lainnya, untuk prosedur bedah jarak jauh yang dipantau secara real-time dan presisi tinggi. “Hal ini menegaskan bahwa sektor kesehatan pun menjadi fokus, terutama dalam layanan telemedicine dan kesehatan jarak jauh,” sebut Erwin.
Di Bali Nusra, penggunaan layanan Hyper 5G sudah mencapai 399.655 pengguna. Mayoritas ada di Bali, wilayah Badung dan Denpasar.
Selain untuk konektivitas, pemanfaatan 5G ke depannya diarahkan pada transformasi digital lintas sektor demi mendorong efisiensi, produktivitas, dan daya saing nasional seperti bidang pariwisata dan ekonomi kreatif, kesehatan, industri, dan lainnya.
5G Dukung Layanan Kesehatan Modern
Telkomsel tidak berjalan sendiri. Dukungan Kementerian Kesehatan, rumah sakit rujukan nasional, universitas, asosiasi urologi Indonesia hingga asosiasi urologi Asia, semuanya berperan penting. Di balik lengan robot yang menari presisi, berdiri puluhan dokter bedah yang tengah berlatih teknologi terbaru di Pusat Bedah Robotik Indonesia.
Prof. dr. Chaidir A. Mochtar, Ketua Kolegium Urologi Indonesia, menegaskan bahwa investasi pada teknologi saja tidak cukup. Pelatihan SDM menjadi fondasi untuk menguasai dan mengembangkan teknologi bedah robotik, agar dapat diterapkan di lebih banyak rumah sakit.
Momentum bedah telerobotik ini hanyalah permulaan. Ke depan, konektivitas 5G berpotensi mendukung berbagai layanan kesehatan modern lainnya: remote diagnosis dengan AI, perawatan pasien kronis dengan IoT, hingga pemantauan kesehatan secara real-time lintas pulau.
Di era digital ini, layanan kesehatan tak lagi terhalang tembok rumah sakit atau jarak antarkota. Dengan 5G Telkomsel, Indonesia sedang membuktikan bahwa keterbatasan geografis bukanlah hambatan, melainkan tantangan yang ditaklukkan dengan inovasi.
Hari ini, seorang pasien kanker prostat di Jakarta dapat ditangani dokter ahli di Bali tanpa harus naik pesawat. Hari esok, siapa tahu—bedah telerobotik akan menjadi standar layanan di setiap rumah sakit daerah. Dan di balik semua itu, ada koneksi super cepat yang merajut harapan, 5G Telkomsel, pintu gerbang kesehatan modern Indonesia.
dr. I Wayan Sudana, M.Kes, Direktur Utama RSUP Prof. Ngoerah, menambahkan teknologi telerobotik akan mengubah pola rujukan pasien di Indonesia Timur. “Selama ini banyak pasien dari Nusa Tenggara Timur, Sumba, Sumbawa, Flores harus ke Bali atau Jawa. Dengan telerobotik, beban perjalanan pasien berkurang. Kami bisa kendalikan operasi jarak jauh, memanfaatkan koneksi 5G.”
Dulu, akses ke layanan kesehatan terbaik hanya milik mereka yang mampu datang ke rumah sakit besar di kota-kota besar. Kini, dengan konektivitas 5G Telkomsel, jarak ratusan bahkan ribuan kilometer bisa dikalahkan hanya dengan seutas kabel fiber optik dan gelombang radio ultra-cepat.
Bedah telerobotik hanyalah awal. Masa depan kedokteran modern Indonesia akan digerakan oleh tangan-tangan dokter ahli, lengan-lengan robot presisi, dan jaringan 5G yang menghubungkan semuanya tanpa jeda. Dan pada akhirnya, pasien di pelosok Sumba, Alor, atau Merauke berhak mendapatkan layanan setara pasien di Jakarta—karena teknologi yang inklusif adalah keadilan. (Diah Dewi/balipost)