Ribuan ikan di Danau Batur mati karena semburan belerang. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Kondisi air di Danau Batur, Kintamani kini sudah kembali normal setelah sempat terjadi semburan belerang beberapa hari lalu. Meskipun demikian, dampak fenomena alam ini menyisakan kerugian besar bagi para pembudidaya ikan, mencapai miliaran rupiah.

Berdasarkan data Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli, sebanyak 102 pembudidaya ikan terdampak langsung, dengan total kerugian mencapai Rp5,5 miliar.

Baca juga:  Gempa Guncang Bali, Sumbernya di Tenggara Blitar

Kepala Dinas PKP Kabupaten Bangli, I Wayan Sarma menjelaskan bahwa wilayah yang paling parah terdampak adalah Desa Terunyan, meskipun beberapa pembudidaya di Desa Songan juga ada yang terkena dampaknya. “Kerugian ini kami perkirakan mencapai Rp 5,5 miliar dengan asumsi harga ikan Rp 30 ribu per kilogram,” terang Sarma, Jumat (18/7).

Meski saat ini kondisi air Danau Batur sudah mulai normal, pemantauan intensif tetap terus dilakukan oleh pihak dinas. Sementara itu, penanganan bangkai ikan yang mengambang di permukaan danau sudah dihentikan.

Baca juga:  Kelompok Umur Ini, Terbanyak Sumbang Kasus COVID-19 Per 24 September

“Kalau masih ada sisa bangkai ikan yang belum diangkat, kami sudah serahkan ke masyarakat untuk dilakukan penguburan,” tambah Sarma.

Disampaikan juga bahwa Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Provinsi Bali kini tengah memulai kajian mendalam terkait kondisi Danau Batur, termasuk keberadaan ikan red devil yang dikenal sebagai hama.

Kajian ini merupakan inisiatif dari Pemerintah Kabupaten Bangli, dengan harapan dapat memberikan gambaran komprehensif mengenai daya dukung danau.

Baca juga:  Usai Aniaya Pacar, Turis Australia Jatuh dari Lantai III

Yang terpenting, kajian ini diharapkan bisa membantu para pembudidaya dan masyarakat sekitar danau untuk memitigasi risiko dari peristiwa alam semacam ini di masa mendatang. (Dayu Swasrina/Balipost)

 

BAGIKAN