
TABANAN, BALIPOST.com – Musim kemarau yang disertai curah hujan tinggi atau dikenal dengan istilah kemarau basah mulai memengaruhi pola tanam petani di Kabupaten Tabanan. Sejumlah subak yang semestinya menanam jagung di musim kemarau ini, justru beralih menanam padi karena ketersediaan air irigasi yang melimpah.
Kepala Dinas Pertanian Tabanan, I Made Subagai, mengatakan bahwa fenomena perubahan iklim ini membawa dampak langsung terhadap pola tanam petani. Pemerintah pusat sebenarnya tengah mendorong dua komoditas sekaligus: perluasan tanam jagung untuk mendukung kemandirian pangan, dan percepatan tanam padi guna memenuhi target Luas Tambah Tanam (LTT) nasional.
“Beberapa subak memutuskan beralih ke padi karena hujan masih turun di musim kemarau ini. Hal ini justru mendukung capaian LTT padi di Tabanan, yang pada bulan Juni telah tembus 106 persen dari prediksi semula 86 persen,” jelas I Made Subagai, Jumat (11/7).
Sementara itu, untuk tanaman jagung, hingga Juli 2025 sudah tercatat lebih dari 700 hektar lahan di wilayah Selemadeg Timur telah ditanami. Lokasi-lokasi ini tetap dipantau secara intensif oleh penyuluh pertanian karena tantangan teknis yang dihadapi cukup berbeda dibanding musim sebelumnya.
“Tahun lalu curah hujan tidak setinggi ini, jadi petani bisa langsung sebar benih. Tapi tahun ini mereka harus membuat saluran air agar lahan tidak tergenang,” ungkapnya.
Saluran air penting agar benih jagung tetap tumbuh optimal, apalagi saat ini sudah mulai banyak tanaman yang tumbuh.
Program tanam jagung juga mendapat dukungan dari jajaran Polres Tabanan. Para penyuluh di masing-masing kecamatan bersama aparat kepolisian sudah serentak melakukan penanaman jagung di wilayah masing-masing.
Meski target tanam jagung sempat terganggu, pemerintah memastikan distribusi bantuan benih tetap berjalan dengan skema penyesuaian. Dari target semula hampir 2.000 hektar untuk kawasan di wilayah Selemadeg Timur, Kerambitan dan sekitarnya, rupanya sebagian subak beralih untuk tanam padi. Benih jagung pun direalokasi ke subak-subak yang dinilai lebih siap, terutama yang memiliki indeks pertanaman (IP) 100 seperti di Megati dan Tangguntiti, Kecamatan Selemadeg Timur.
“Bagi yang sudah tanam padi, kalau nantinya air menipis, pemerintah sudah siapkan bantuan pompa air. Pompa yang didapat tahun ini bisa digunakan bersama, terutama saat tanaman padi butuh pasokan air pada fase krusial,” pungkas I Made Subagia. (Puspawati/Balipost)