Desa Adat Batur memperungati Seratus Tahun Rarud Batur, Sabtu (5/7). (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Seabad yang lalu, sebuah peristiwa alam dahsyat mengubah takdir Desa Adat Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Masyarakatnya yang dulunya mendiami kaki Gunung Batur, terpaksa meninggalkan kawasan tersebut akibat letusan hebat yang terjadi pada Agustus 1926.

Momen bersejarah perpindahan tersebut kemudian diperingati oleh masyarakat Desa Adat Batur melalui program Seratus Tahun Rarud Batur.

Acara peringatan ini dilangsungkan di Panggung Budaya Pura Segara Ulundanu Batur-Pura Jati pada Sabtu (5/7) lalu. “Kegiatan Seratus Tahun Rarud Batur ini merupakan peringatan seratus tahun perpindahan Desa Adat Batur dari kaki Gunung Batur akibat letusan besar pada Agustus 1926,” kata Ketua Panitia Seratus Tahun Rarud Batur yang juga Patajuh Desa Adat Batur, Guru Nengah Santika.

Dia menceritakan pada bulan Agustus 1926 bencana besar menimpa Desa Batur. Bencana itu disebabkan letusan dahsyat Gunung Batur dengan aliran lahar yang mengarah ke sebelah barat daya (saat ini dikenal sebagai Black Lava), ke kawasan permukiman Desa Batur kuno.

Baca juga:  Desa Adat Peguyangan Terus Berupaya Cegah Alih Fungsi Sawah

Setelah bencana terjadi, evakuasi dilakukan untuk menyelamatkan warga desa dan peradaban Batur. Permukiman yang baru pun disiapkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Pada tempat tersebut masyarakat kembali membangun peradaban dari nol, salah satunya Pura Ulun Danu Batur. “Sementara pura dibangun dan permukiman disiapkan, pratima-pratima dan benda sakral ditempatkan di Desa Bayunggede, Kintamani, hingga dua tahun lamanya,” tuturnya.

Melalui kegiatan tersebut pihaknya berupaya mengenang semangat bangkit dari leluhur Batur. Diharapkan kegiatan dapat menjadi media edukasi bagi generasi mendatang tentang untuk mengenang sejarah. “Setelah dibuka secara resmi, kami akan menggelar sejumlah acara selama setahun penuh. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan meliputi bidang sejarah dan edukasi, pemberdayaan masyarakat, pariwisata, lingkungan, hingga olahraga,” katanya seizin Pamucuk Desa Adat Batur, Jero Gede Duhuran Batur.

Baca juga:  Ny Putri Koster Sosialisasikan Perpustakaan Digital Sebagai “Rumah” Pencari Ilmu

Kegiatan Seratus Tahun Rarud Batur, di Panggung Budaya Pura Segara Ulundanu Batur-Pura Jati dimeriahkan dengan pergelaran-pergelaran istimewa, seperti Kakawin Lambang Kretanajali; Tari Tirta Mahamreta Pratistha (maskot Desa Adat Batur); Tari Tattwa Tirtha Mahottama (maskot Desa Batur Tengah); tetabuhan oleh Bhaswara Batur; dan live music dari Danalog Band.

Selain itu, dalam kegiatan juga diserahkan buku berjudul “Seabad Relokasi Batur” oleh komunitas literasi, Lingkar Studi Batur. Buku bunga rampai yang diterbitkan oleh Mahima Institute Indonesia merangkum sejumlah tulisan yang relevan dengan topik-topik berkenaan dengan peristiwa Rarud Batur tahun 1926 dan dinamikanya selama seratus tahun.

Acara tersebut mendapat apresiasi Kepala Badan Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV, Kuswanto. Menurutnya, peringatan Seratus Tahun Rarud Batur merupakan contoh positif dari upaya pelestarian kebudayaan. Pihaknya pun menyatakan siap mendukung berbagai upaya dalam melestarikan kebudayaan sehingga dapat dinikmati oleh generasi masa depan.

Baca juga:  Sambut Open Border, Satpol PP Imbau Prokes di Ubud dan Bedulu

“Peringatan Seratus Tahun Rarud Batur merupakan momentum penting bagi kita untuk mengenang masa lalu dan membangun masa depan. Kita harus terus melestarikan budaya dan tradisi kita, serta memperkuat identitas kita sebagai masyarakat adat Batur,” kata dia.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bangli, I Dewa Bagus Riana Putra, pun menyampaikan hal serupa. Menurutnya kegiatan tersebut menjadi momentum baik untuk memperingati sebuah momen langka seratus tahun bencana di Batur. Ia berharap kegiatan itu ke depan dapat memberi manfaat bagi masa depan Batur.

“Pemerintah Kabupaten Bangli sangat mendukung kegiatan ini. Kami percaya bahwa peringatan ini akan memperkuat kebersamaan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya dan tradisi, semoga segala kegiatan memberikan efek positif kepada masyarakat batur pada khususnya dan kabupaten bangli pada umumnya,” katanya. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN