
SINGARAJA, BALIPOST.com – Warga Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng resah dengan kemunculan puluhan ular piton dalam dua pekan terakhir. Ular-ular berukuran besar ini ditemukan merayap di ladang warga, bahkan sempat masuk ke warung dan jaring nelayan di sekitar Danau Buyan.
Puluhan ular piton ini diduga kuat berasal dari aksi pelepasliaran oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), tanpa koordinasi dengan warga setempat.
Salah satu warga, Made Suartana dikonfirmasi Minggu (6/7) menuturkan bahwa penemuan ular dimulai saat beberapa warga melakukan aktivitas gotong royong di pinggir Danau Buyan. Satu per satu piton berukuran besar ini pun bermunculan.
Sejak dua minggu belakangan ini, pihaknya sudah menemukan hampir 28 ular piton.
“Sudah hampir dua minggu ini. Total yang terlihat sekitar 28 ekor, 12 masih hidup, sisanya mati. Tadi malam saya ketemu dua lagi,” ungkapnya.
Menurut Suartana, ular-ular tersebut diperkirakan berasal dari atas bukit, sekitar 1,5 kilometer dari pinggir danau. Ular-ular piton ini memiliki ukuran mencengangkan, panjang hampir dua meter dan diameter sebesar tiang telepon.
Beberapa bahkan dikabarkan memangsa hewan peliharaan warga seperti kucing, serta masuk ke jaring nelayan.
“Hal ini tentu membuat warga yang bermukim di pinggir danau khawatir. banyak yang takut mancing atau keluar malam untuk mencari ikan,” imbuhnya.
Pihaknya berharap BKSDA segera memberikan penjelasan dan bertanggung jawab atas keresahan yang timbul. Mereka juga meminta adanya komunikasi yang lebih baik dengan pihak desa jika ada tindakan pelepasliaran satwa ke alam bebas.
Sementara itu, Perbekel Desa Pancasari, I Wayan Komiarsa, membenarkan temuan ular-ular besar tersebut. Kejadian inipun disebut merupakan pertama kalinya terjadi.
Menurutnya, dari sisi geografis dan suhu daerah Pancasari, populasi ular sebesar itu tidak umum. “Saya juga kaget, dari dulu di sini belum pernah ada ular piton sebesar itu. Bisa jadi ada yang membuang atau melepas, entah dari hutan atau hasil penangkapan,” jelasnya.
Sejauh ini, Komiarsa menjelaskan dari laporan yang diterima, keberadaan ular ini masih seputar di pinggiran danau atau hutan, belum sampai masuk ke rumah warga. Jika nantinya sudah sampai masuk ke pemukiman warga, Ia akan berkoordinasi dengan BKSDA selaku pemilik kewenangan.
“Tapi kalau sampai meresahkan masyarakat, tentu kami akan bergerak,” tutupnya. (Nyoman Yudha/balipost)