Sejumlah kera saat merusak atap rumah warga di desa Kukuh Marga. (BP/Bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Warga di sekitar kawasan Daya Tarik Wisata (DTW) Alas Kedaton, Desa Adat Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan, belakangan ini dibuat resah oleh ulah sejumlah kera yang merangsek ke permukiman bahkan ada yang sampai merusak atap rumah warga.

Gangguan ini diduga akibat melonjaknya populasi kera yang kini tak hanya berada di kawasan hutan wisata, namun mulai menyebar hingga ke areal parkir, setra desa, dan pemukiman penduduk.

Bendesa Adat Kukuh, I Gusti Ngurah Arta Wijaya, saat dikonfirmasi, Rabu (25/6), mengungkapkan bahwa aksi “nakal” kera-kera tersebut merupakan fenomena baru yang terjadi akibat lonjakan populasi yang tak terkendali.

Baca juga:  Tabung Gas Karbit Meledak, Bakar Bengkel Las  

“Dulu tidak pernah sampai seperti ini karena pakan selalu tersedia. Tapi sekarang populasinya makin banyak, mereka mulai keluar dari hutan dan menetap di luar kawasan,” ujarnya.

Ia menambahkan, selama ini dari pihak pengelola Alas Kedaton telah menganggarkan puluhan juta rupiah per bulan untuk menyediakan pakan bagi ribuan ekor kera yang ada. Namun, keterbatasan lokasi dan tingginya populasi menyebabkan beberapa kawanan kera memilih berpindah dan mencari makan di luar kawasan wisata.

Saat ini diperkirakan jumlah kera di kawasan tersebut mencapai sekitar 2.500 ekor. Untuk menekan laju populasi, Desa Adat Kukuh sempat bekerja sama dengan pihak Universitas Udayana untuk melakukan program sterilisasi. “Namun biaya sterilisasi sangat mahal, Rp500 ribu per ekor. Kami kesulitan mencari anggaran untuk itu,” jelas Ngurah Arta Wijaya.

Baca juga:  Soal Pungutan Wisatawan Asing, Ini Penegasan Pj Gubernur Bali terkait Penggunaannya

Upaya lain juga telah ditempuh, seperti melayangkan laporan ke Dinas Peternakan Kabupaten Tabanan, namun hingga kini belum ada respons konkret. Dan secara spiritual, masyarakat pun sudah melakukan upacara niskala berupa “mapekeling” guna memohon agar kawanan kera kembali ke habitat aslinya.

“Kami juga sudah himbau masyarakat agar jangan memberi makan kera-kera itu. Kalau terus diberi makan, mereka akan menetap. Tapi di sisi lain, kami pun tidak bisa berbuat banyak kalau tidak ada dukungan dari pemerintah,” tambahnya.

Baca juga:  Nelayan Tabanan Terhibur Musim Panen Layur

Terpisah, Perbekel Desa Kukuh, I Made Sugianto, mengatakan pihaknya sudah bersurat ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk meminta bantuan penanganan. “Surat terbaru sudah kami kirimkan, tetapi belum mendapat tanggapan. Dulu mereka pernah datang sekali dan menangkap beberapa ekor monyet, tapi tidak ada kelanjutannya,” ungkapnya. (Puspawati/Balipost)

BAGIKAN