DENPASAR, BALIPOST.com – Pengerebongan, tradisi unik tetap dilestarikan Desa Adat Kesiman. Meski perubahan zaman telah meresapi berbagai lini kehidupan, namun tradisi ini tak lekang dimakan zaman.
Bendesa Adat Kesiman, Ketut Wisna mengatakan Kesiman merupakan tempat pertemuan para raja yang ada di Bali untuk maica-ica (bersenang-senang). Sehingga pengerebongan kerap disebut acara “megalung” di Kesiman.
Pertemuan para raja dengan masyarakat, berbaur, maka di sana ada madanan-danan. Madanan-danan di masa kini diterjemahkan sebagai perhatian pemerintah kepada Desa Adat Kesiman dengan diberikannya berbagai bantuan.
Mengingat Pengerebongan telah menjadi warisan tak benda maka ada dukungan dari pemerintah Kota Denpasar yang telah memberi dukungan nyata. Denpasar yang merupakan kota budaya benar-benar memberikan dukungan kepada masyarakat sebagai pelaku budaya.
Di sisi lain acara jamuan, masyarakat melaksanakan ritual bhuta yadnya yang ditandai dengan pecaruan. Diawali dengan pelaksanaan kegiatan tabuh rah di wantilan Pengerebongan.
Pada saat tabuh rah pangrebongan, krama menurunkan tiga kala yaitu kala jabug, enjer, kala kuwuk. Khusus pada momen tabuh rah juga menjadi simbol nyomia bhuta kala dengan memberi ruang ini.
Para pemangku menyiapkan upacara marebu (pangerebongan) yang bertujuan untuk menetralisir, menyucikan buana. Tradisi yang dipusatkan di Pura Agung Petilan Kesiman, bertujuan untuk mengharmoniskan jagat Bali sekala dan niskala. (Citta Maya/balipost)