
MANGUPURA, BALIPOST.com – Keberadaan vila ilegal yang cukup marak di Bali disebut belum menganggu pasar industri perhotelan, terutama yang menyasar pasar premium.
Hal ini disampaikan salah satu pelaku perhotelan di wilayah Berawa, Badung, Dino Anthonio, Jumat (16/5).
Menurutmya kepercayaan terhadap pariwisata Bali masih tinggi. Ia mengaku keberadaan vila maupun akomodasi lain yang diduga tak berizin di Bali belum memberikan dampak signifikan pada market premium.
“Pengalamana kita, kalau bisa fokus di market yang kita tuju, sebenarnya tidak terlalu terganggu. Karena pangsanya jadi berbeda dengan turis yang menggunakan vila vila itu,” ungkap GM TUI Blue Berawa Hotel and Villas ini di sela-sela peluncuran koleksi villa mewah terbaru yang berlokasi di kawasan strategis Berawa, Canggu.
Ia pun menyebut, pasar premium yang disasar pihaknya biasanya memang sudah memahami informasi mengenai kualitas layanan yang ditawarkan. “Sampai saat ini minatnya masih sangat tinggi, khususnya oleh WNA. Ini menandakan kepercayaan terhadap pariwisata Bali masih sangat tinggi,” cetusnya.
Ia pun menyebut krisis global yang terjadi saat ini memberikan dampak terhadap industri pariwisata Bali. “Dampaknya ada, tapi yang kita lihat selalu ada opportunity (kesempatan,red) yang bisa kita ciptakan. Seperti di sini, kami memadukan villa dengan berbagai layanan hospitality yang ada karena menjadi bagian dari hotel dan ada fasilitas lain seperti spa dan restoran,” ungkapnya.
Kesempatan yang dimaksud di tengah krisis global ini, salah satunya menurut Dino adalah kepedulian terhadap keberlanjutan. Sehingga, industri hotel bisa mengambil kesempatan dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan, seperti pengelolaan sampah agar zero waste dan penghematan listrik.
Mengutip data dari Kementerian Pariwisata, minat wisatawan terhadap cultural immersion atau pengalaman budaya yang mendalam diprediksi akan terus meningkat (58,97%). Tren ini mencerminkan keinginan wisatawan untuk mendapatkan pengalaman yang lebih mendalam dan autentik dengan budaya lokal saat berwisata.
Selanjutnya, 56,41% ahli menyatakan bahwa health and wellness tourism akan menjadi tren, terlihat dari tahun sebelumnya di mana terdapat peningkatan minat terhadap wisata kesehatan dan kebugaran. Wisatawan mulai melirik kesehatan, relaksasi, dan kesejahteraan pribadi sebagai bagian dari aktivitas, terutama dalam konteks pemulihan pasca pandemi—masa di mana terdapat peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental.
Selain itu, eco-tourism atau wisata ramah lingkungan (46,15%) juga masih menjadi tren yang relevan. Kesadaran akan isu lingkungan mendorong wisatawan untuk memilih destinasi dan aktivitas wisata yang berkelanjutan.
Hasil survei ahli pada tahun 2023 dan 2024 menunjukkan konsistensi tren pariwisata, dengan cultural immersion, health and wellness tourism, dan eco-tourism sebagai fokus utama.
Dino mencontohkan dalam 14 unit villa yang baru diluncurkan, pihaknya merancang dengan konsep yang memberikan kenyamanan maksimal dengan fasilitas lengkap yang menyatu dalam suasana privat dan eksklusif.
Beragam pengalaman khas juga ditawarkan, termasuk santapan istimewa. Selain itu, karena menyasar segmen wisatawan premium, mereka juga dapat menikmati aktivitas yang bermakna seperti kelas gitar, sesi seni dan melukis, program wellness harian, serta pemutaran film dengan fasilitas yang dirancang agar menambah kedekatan dan kehangatan.
“Koleksi villa terbaru ini mencerminkan komitmen kami terhadap kemewahan yang dipersonalisasi dan pengalaman menginap yang berkesan di Bali,” ungkapnya. (Diah Dewi/balipost)