Bupati Gianyar I Made Mahayastra menggelar rapat koordinasi dengan jajarannya bersama Forkopimda dan para pekaseh di ruang kerjanya, Selasa (13/5). (BP/Istimewa)

GIANYAR, BALIPOST.com – Meskipun masih dalam suasana cuti Hari Waisak, Bupati Gianyar I Made Mahayastra menggelar rapat koordinasi dengan jajarannya bersama Forkopimda dan para pekaseh di ruang kerjanya, Selasa (13/5).

Rapat ini digelar sebagai langkah cepat merespon fenomena meledaknya hama tikus yang menyerang tanaman padi di berbagai wilayah di Kabupaten Gianyar yang menyebabkan petani gagal panen.

Pertemuan tersebut juga menghadirkan akademisi, PHDI, serta praktisi untuk membahas langkah apa yang harus diambil menanggulangi hama tikus agar tidak semakin meluas.

“Saya sudah berkeliling kebeberapa subak, keluhannya sama yaitu hama tikus. Untuk itu saya mengajak pekaseh, akedemisi, PHDI atau praktisi membahas langkah apa yang harus kita ambil agar hal ini segera bisa kita selesaikan,” ujar Bupati Mahayastra.

Dilanjutkannya, bahwa roh atau urat nadi pariwisata di Gianyar adalah pertanian sehingga perlu mendapatkan perhatian sehingga dapat terus berjalan dengan baik serta petani-petani dapat berdaulat.

Baca juga:  Kawal NKRI

“Kita ingin mendukung program presiden kita untuk kedaulatan pangan, jadi berdaulat secara pangan artinya kita mampu memenuhi kebutuhan pangan kita dari hasil petani kita. Petani juga berdaulat sehingga bisa menentukan nasibnya sendiri,” tegasnya.

Bupati Mahayastra meminta informasi faktual di lapangan kepada para pekaseh yang hadir dalam rapat koordinasi tersebut dan permasalahannya sama yakni hama tikus yang mulai menyerang tanaman padi sejak tanaman padi berusia 14 hari setelah tanam.

Untuk melakukan analisis dan rekomendasi yang harus diambil, Bupati Mahayastra meminta akedemisi Prof. I Wayan Supartha dan Prof. Dewa Ngurah Supraptha untuk memberikan pandangan sekaligus rekomendasinya untuk langkah-langkah yang harus diambil.

Memulai paparannya, Prof. Supartha menekankan bahwa penyebab utama lonjakan populasi tikus ialah daya reproduksi tikus yang tinggi.

Baca juga:  Dari Mendiang Istri Menkumham Dimakamkan hingga Petugas Kebersihan Desa Medahan Disebut Mogok

Prof. Supartha juga menyayangkan kurangnya pemantauan secara teratur yang dilakukan di sawah sehingga pengendalian hama tidak dilakukan mulai dari awal.

Sebagai kesimpulan atau rekomendasi, Prof. Supartha menyarankan agar pengendalian hama tikus pada saat padi masa vegetatif perlu sanitasi lingkungan dan kimia (Rodentisida).

Mengantisipasi dogma di masyarakat yang enggan memasang racun tikus di sawah, Bupati Mahayasta juga meminta pendapat PHDI dan FKUB sehingga Masyarakat mendapatkan penjelasan atau pemahaman yang lebih baik.

Dari berbagai saran dan masukan yang diterima, Bupati Mahayastra akan segera memberikan bantuan kepada petani untuk pengadaan Rodentisida dan meminta bantuan TNI/Polri agar masalah petani segera bisa terselesaikan serta sesuai saran PHDI akan melaksanakan upacara keagamaan secara Hindu untuk memohon agar hama tikus dapat dikendalikan.

Serangan hama tikus ini pertama kali diketahui di Subak Patas yang kemudian meluas. Hingga saat ini, Dinas Pertanian Gianyar belum lengkap menerima laporan dari subak-subak yang ada di Gianyar tentang serangan hama tikus.

Baca juga:  Kisruh Soal Tanah Pasar Gianyar, Fraksi Golkar Dorong Terwujudnya Mediasi

“Jadi kami belum bisa memberikan data pasti berapa subak yang terdampak, tidak semua subak melaporkan kejadian serangan hama tikus, entah memang tidak terdampak atau belum melapor,” ujar Kadis Pertanian Anak Agung Putri Ari.

Dengan ketua forum pekaseh, pihaknya memastikan hari Jumat ini data sudah lengkap untuk memastikan bantuan yang akan diberikan Pemkab.

Per 8 Mei 2025, lahan terdampak serangan hama tikus di Subak Patas Kenderan seluas 40 hektar, Subak Kedangan Wanayu 25 hektar, Subak Kedangan Buruan 20 hektar, dan beberapa subak lainnya yang tersebar di Kecamatan Gianyar, Sukawati, Ubud, Tegallalang, dan Blahbatuh. (Adv/balipost)

BAGIKAN