TABANAN, BALIPOST.com – Ratusan warga Desa Adat Kediri, Tabanan, berpakaian adat tampak berbaris rapi menyusuri jalan desa membawa muncuk don Jaka—ujung pelepah enau yang mereka ayunkan perlahan.

Pemandangan ini sebuah tradisi sakral yang telah ada sejak abad ke-18, untuk mengantarkan Keris Ki Baru Gajah menuju Pura Luhur Pekendungan. Menariknya, tradisi ngerebeg ini sudah dapat pengakuan dari UNESCO berupa sertifikat Warisan Wisata Budaya tak Benda.

Ritual ini digelar setiap enam bulan sekali, tepat pada Saniscara Kliwon Kuningan dalam penanggalan Bali. Bagi warga Kediri, Ngerebeg lebih dari sekadar kewajiban spiritual namun merupakan benteng budaya yang menyatukan warga dalam ikatan sekala-niskala. Dimana Keris pusaka Ki Baru Gajah adalah paican (pemberian) ida Dhang Hyang Dwinendra. Beliau mengucapkan Bhisama “yan kita tan ngelaraken aci ngerebeg wrub ikang jagat” yang artinya kalau kita tidak melaksanakan acara ngerebeg, jagat raya ini akan tertimpa bencana.

Baca juga:  Gubernur Koster dan Kepala Kejati Bali Serahkan 3 Ribu Paket Sembako

Prosesi dimulai dengan nedunin—mengambil keris dari Gedong Simpen di Puri Kediri, lalu dilanjutkan persembahyangan bersama di Pura Suci di Puri Kediri. Setelah itu, Keris Ki Baru Gajah simpang ke Pura Panti untuk dilakukan upacara terkait, barulah iring-iringan berjalan kaki sejauh 11 kilometer menuju Pura Pekendungan, Tanah Lot.

Para pengiring, yang disebut Pangerebeg, membawa muncuk don jaka sebagai sarana spiritual untuk ngulah atau menetralisir energi negatif. Papah jaka berfungsi sebagai sarana panyisih (penghalau) merana yang kemudian disimpan di wana pingit Pura Luhur Pakendungan.

Baca juga:  Pemkab Jembrana Atur Rekrutmen P3K dalam Tiga Klaster

Uniknya, warga yang dilalui rute Ngerebeg menyediakan minuman, buah, dan makanan ringan di depan rumah mereka. Tradisi ini bukan semata bentuk jamuan, tetapi keyakinan bahwa memberi pada peserta Ngerebeg akan mendatangkan berkah dan kesejahteraan.

Setelah tiba di Pura Pekendungan, Keris Ki Baru Gajah disemayamkan selama tiga hari penuh. Pangerebeg kembali menggelar persembahyangan, sebelum kemudian memulai perjalanan pulang dengan penuh kehormatan dan rasa syukur. Lebih dari sekadar tradisi, Ngerebeg adalah napas spiritual Desa Kediri, dengan harapan memohon keseimbangan, membangun kebersamaan.

Baca juga:  Desa Adat Cemagi Jadikan Tari Baris Kelemat sebagai Ikon

“Selama tradisi ini masih dijalankan, kami percaya desa tetap diberkahi dan terhindar dari kekacauan, mengingat Keris Pusaka Ki Baru Gajah berfungsi sebagai. Penangluk Merana (penetralisir wabah),” tutupnya. (Puspawati/balipost)

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN