Suasana Magibung di Desa Adat Penglipuran. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Tradisi magibung masih dilestarikan masyarakat di sejumlah daerah di Bali. Salah satunya Desa Adat Penglipuran. Di desa yang terkenal sebagai desa terbersih di dunia itu, magibung biasanya dilaksanakan saat acara pernikahan.

Kelian Desa Adat Penglipuran I Wayan Budiarta, tradisi magibung sudah diwarisi masyarakat Penglipuran dari dulu. Magibung diadakan masyarakat Penglipuran ketika ada kegiatan adat seperti upacara/karya besar di Pura dan saat mendatangkan bebanuan (desa tetangga yang punya ikatan adat).

Baca juga:  Paviliun Tengwang di Nanchang, Dikunjungi Ribuan Pelancong Setiap Hari

Magibung juga biasanya diadakan saat ada acara pernikahan. Dijelaskan Budiarta, adapun peserta magibung saat acara pernikahan terbatas hanya peduluan dan prajuru desa dengan total jumlah sekitar 20 orang.

Magibung dilaksanakan di bale saka enam. Uniknya, dalam kegiatan magibung itu, kedua mempelai akan menjadi pelayannya. “Yang meladeni atau jadi waitrressnya itu pengantinnya. Mereka yang membawakan nasi, kuah, air untuk para peduluan dan prajuru,” jelasnya.

Dalam kegiatan magibung itu, satu set makanan disediakan untuk empat orang. Satu set makanan terdiri dari nasi dan lauk.

Baca juga:  Seminar Nasional Sastra Saraswati Sewana 2022 Dibuka Menag

Adapun aturan-aturan di dalam pelaksanaan megibung, diantaranya tidak boleh mendahului makan. Demikian juga ketika sudah selesai tidak boleh mendahului bangun dari tempat duduk. Harus barengan. Ketika menyuap makanan ke mulut, tidak boleh di atas makanan.

Saat Penglipuran Village Festival belum lama ini, Desa Adat Penglipuran untuk pertama kalinya mengangkat tradisi magibung. Digelar di jalan utama desa adat setempat, magibung diikuti ratusan masyarakat Penglipuran.

Baca juga:  Desa Adat Denpasar akan Bangun Pasar Bermobil

Menurut Budiarta selain sebagai ungkapan wujud syukur atas berkah yang diberikan Tuhan, magibung memiliki makna kebersamaan. Dengan magibung diharapkan dapat memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan warga.

Budiarta mengatakan di tengah modernisasi saat ini, pihaknya terus berupaya melestarikan magibung dan memperkenalkannya kepada para generasi muda. “Ini adalah satu budaya yang harus kita perkenalkan dan diketahui masyarakat. Sehingga kita angkat magibung dalam momen-momen tertentu,” kata Budiarta. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN