Sudibawa. (BP/sue)

Oleh: I Putu Sudibawa

Masa pandemi Covid-19 tidak dapat dimungkiri menambah kuantitas dan kualitas waktu yang dihabiskan bersama keluarga. Belajar bersama di rumah tidak hanya melulu terkait dengan pelajaran akademis melainkan juga pendidikan karakter di rumah anak-anak bisa melakukan beragam aktivitas, aktivitas pembelajaran seperti membaca, mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan kegiatan positif lainnya.

Perlu dirancang dan dilakukan kegiatan yang dapat mengurangi tekanan dan kejenuhan di rumah. Sebagai salah satu target pembelajaran di rumah adalah pembangunan karakter. Pentingnya life skill yang dipupuk dalam pendidikan keluarga sebagai syarat untuk membangun akhlak mulia.

Amanat pendidikan menyebutkan, proses belajar bukan teori namun juga praktik secara terus-menerus melibatkan seluruh aspek kehidupan. Usaha sadar kita adalah fokus untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di rumah dan bukan menambah beban psikologis anak. Perlu komunikasi dan kolaborasi antara sekolah dan orangtua.

Mencetak manusia unggul bukan hanya tanggung jawab sekolah melainkan juga keluarga dan masyarakat secara menyeluruh. Masa pandemi Covid-19, banyak keluarga yang cenderung tidak siap menjadi ”guru” bagi anak-anaknya. Segala urusan pendidikan diserahkan ke sekolah. Adanya Covid-19 yang memindahkan urusan pendidikan ke rumah membuat keluarga tergagap-gagap beradaptasi. Kendala belajar bermunculan mulai dari kesulitan akses internet, beratnya biaya pengadaan pulsa kuota, sulitnya menjadi guru bagi anak-anak, dan lain-lain. Perlu disadari di tengah situasi darurat ini, tidak masalah bagi guru-guru yang belum mencapai target kurikulum, yang terpenting dari proses belajar bukan soal ketuntasan belajar melainkan anak-anak yang bahagia menjalani proses belajar di rumah.

Baca juga:  Merdeka Belajar, Pembelajaran Berbasis PR

Sejauh ini, kurangnya pendampingan karakter yang serius dari orangtua yang berakibat pada mentalitas anak. Sebagian orangtua memiliki kesadaran tentang pendidikan karakter anak di rumah. Namun, sebagian orangtua bersikap apatis, bahkan membiarkan anak-anak tumbuh dalam kesendirian. Krisis inilah yang dihadapi bersama saat ini yaitu kurangnya keteladanan dan pendampingan orangtua. Padahal, pendidikan karakter dan humaniora (kemanusiaan) menjadi salah satu jawaban yang kiranya tepat untuk menyelesaikan banyak persoalan yang ada. Pendidikan budi pekerti memiliki substansi dan makna yang sama dengan pendidikan formal di sekolah. Tujuan untuk menanamkan atau menginternalisasikan nilai-nilai moral ke dalam sikap dan perilaku anak-anak.

Kebijakan belajar dan mengajar dari rumah dapat dijadikan ladang persemaian untuk memupuk pendidikan karakter yang selama ini belum mendapat perhatian secara maksimal. Penerapan nilai karakter religius yang mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Implementasi nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam sikap cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antarpemeluk agama dan kepercayaan, antiperundungan dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih. Kebijakan belajar dan mengajar dari rumah akibat pandemi Covid-19 menyadarkan peserta didik akan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Baca juga:  MAHA dan ESA : Dua Konsep Pedagogis Ampuh dalam Pembelajaran Abad Ke-21

Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sikap nasionalis ditunjukkan melalui sikap apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama. Di sinilah peserta didik dapat mengaplikasikan sikap peduli terhadap sesama selama pandemi Covid-19.

Adapun nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral. Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Seseorang yang berintegritas juga menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas), serta mampu menunjukkan keteladanan.

Peserta didik dapat diharapkan aktif dalam berbagai kegiatan kemanusiaan yang dilaksanakan dan digagas oleh lingkungan sekitar. Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Siswa yang mandiri memiliki etos kerja yang baik, tangguh, berdaya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Baca juga:  Mengalami Kebhinekaan

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu-membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Diharapkan siswa dapat menunjukkan sikap menghargai sesama, dapat bekerja sama, inklusif, mampu berkomitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, memiliki empati dan rasa solidaritas, antidiskriminasi, antikekerasan, dan sikap kerelawanan.

Semangat pendidikan karakter yang terinspirasi dari olah hati (etik), individu yang memiliki kerohanian mendalam, beriman, dan bertakwa, olah pikir (literasi), individu yang memiliki keunggulan akademis sebagai hasil pembelajaran dan pembelajar sepanjang hayat. Selanjutnya mewujudkan olahrasa (estetik), individu yang memiliki integritas moral, rasa berkesenian, dan berkebudayaan, serta olahraga (kenestetik) individu yang sehat dan mampu berpartisipasi aktif sebagai warga negara. Semoga kegiatan belajar dan mengajar dari rumah dapat memupuk pendidikan karakter sesuai dengan pesan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan melakukan banyak tanya, banyak coba, dan banyak karya.

Penulis, Kepala SMAN  1 Rendang, Guru Ajeg Bali 2007

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *