PM Inggris, Boris Johnson. (BP/AFP)

LONDON, BALIPOST.com – Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson dipindahkan ke Instalasi Perawatan Intensif (ICU) pada Senin (6/4) waktu setempat. Hal ini dilakukan seiring makin parahnya kondisi PM Inggris itu karena terserang COVID-19.

Johnson, yang merupakan salah satu tokoh terkemuka yang terpapar COVID-19 ini, mendelegasikan pekerjaannya pada Sekretaris Luar Negerinya, Dominic Raab. Meski di ICU, Johnson disebut oleh Downing Street, masih tetap sadar.

Baca juga:  Kumulatif Kasus COVID-19 Bali Lampaui 36 Ribu Orang

Dibawa ke RS pada Minggu (5/4) karena penyakit COVID-19, Johnson yang berumur 55 tahun belum bisa pulih. Bahkan ia ditransfer ke ICU di saat Inggris mengalami total kematian sebanyak 5.000 kasus karena penyakit SARS-CoV-2 ini.

“Sepanjang siang ini, kondisi perdana menteri telah memburuk dan atas saran dari tim medisnya, ia dipindahkan ke ICU di RS itu,” kata pernyataan dari Kantor PM Inggris, Downing Street.

Baca juga:  Masuki Gelombang COVID-19 Keenam, Okinawa Pertimbangkan Keadaan Darurat

Pada saat bersamaan, dikutip dari AFP, jumlah kasus kematian di Inggris juga mengalami peningkatan di Eropa dan Amerika Serikat. Di Eropa Barat, kematian akibat virus ini mengalami peningkatan sementara di AS, jumlah kasus kematian yang terkonfirmasi mencapai 10.000 kasus.

Kondisi ini menyebabkan kematian di seluruh dunia mencapai 73 ribu kasus, dari lebih 1,32 juta kasus terkonfirmasi positif.

Tanda-tanda mulai melemahnya serangan COVID-19 di Eropa, dimana kematian harian sempat mengalami penurunan, dimentahkan oleh meningkatnya kembali jumlah kematian di Prancis dan Italia pada Senin. Prancis mencatat 833 kematian harian dan 636 korban jiwa di Italia.

Baca juga:  Selandia Baru Buka Perjalanan Para Pekerja Musiman Untuk Negara Pasifik

“Kami tidak mencapai ujung dari epidemi ini,” kata Menteri Kesehatan Prancis, Olivier Veran. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN