Krisna Atmaja Karang. (BP/istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bagi mantan karateka I Gede Putu Krisna Atmaja Karang, upaya merebut medali emas di ajang PON sangatlah susah. Penyebabnya, wasit dan juri asal Bali yang bertugas memimpin pertandingan di PON sangat minim.

“Kami akui untuk mendulag emas di PON sangat susah,” tutur peraih perak kumite di kelas 76 kg, di PON XIV/1996 di Jakarta.

Krisna Karang menilai, wasit juri yang dominan berasal dari DKI, Sulsel, dan Jatim, menyebabkan ketiga provinsi inilah yang sering keluar sebagai juara di event nasional. Krisna Karang mengakui, saat Pra PON juga masuk dalam grup neraka, bersama Jatim dan Sulsel.

Ia sendiri menekuni bela diri karate sejak duduk di bangku kelas II SMPN 9 Denpasar, persisnya berlatih di Dojo Nusa Indah. “Saya belajar karate ini, bertujuan agar badan sehat, ingin menambah teman, percaya diri, dan prestasi ini otomatis mengikuti,” ujar karateka kelahiran Karangasem, 25 Desember 1972 ini.

Baca juga:  Dua Atlet Angkat Berat Bali Lolos PON

Untuk itulah, dirinya berpesan kepada karateka muda, supaya latihan karate untuk kesehatan tubuh, menambah pergaulan dan teman, serta kepercayaan diri, bukan semata-mata mengejar prestasi. “Biasanya motivasi dan kecenderungan karateka sekarang, mereka getol berlatih ingin mengejar prestasi menjelang kejuaraan,” jelas alumnus S1 Akuntansi Undiknas, dan S2 Ekonomi Pembangunan UGM ini.

Bakat dan talenta olahragawan, mengalir deras dari sang orangtua. Sang ibu Ni Made Budiani adalah pebola voli tim PON Bali, pada PON V di Surabaya, sedangkan ayahnya Komang Suryasa (alm) menekuni olahraga bela diri judo dan silat Perisai Diri. “Ayah yang mengajak saya belajar karate,” kenang suami Ni Komang Mariani ini.

Baca juga:  Kesenian Betawi di Kalangan Ayodya

Pemegang DAN III karate ini,, kini menjabat Ketua Umum Pengkot Kushin Ryu M Karate-do Indonesia (KKI) Kota Denpasar, kemudian Sekum FORKI Denpasar. Ia pernah menjadi pengurus Binpres FORKI Bali bahkan mengantarkan tim karateka Bali peringkat III nasional pada Piala Mendagri di Bali (2013), dengan mendulang 4 emas.

Namun, yang paling menyakitkan, Krisna Karang juga pernah gagal total, saat dirinya membawa tim karate Kota Denpasar pada Porprov Bali IX/2099 di Badung. Karateka Denpasar hanya kebagian 1 perak, gara-gara atlet Denpasar eksodus dan membela kabupaten lain di Porprov.

Baca juga:  FPTI Bali Gelar “Road to PON”

Akan tetapi, berangsur-angsur, karyawan Kominfo dan Statistika Pemkot Denpasar ini berhasil membenahi. Mulai Porpov Bali X/2011 di Jembrana merebut 4 emas, kemudian Porprov Bali XI/2013 di Denpasar, menyabet 6 emas dan juara umum serta mendulang 5 emas pada Porprov Bali XII/2015 di Buleleng. Juga merebut 4 emas pada Porprov Bali XIII/2017 di Gianyar. “Tim karate Denpasar sudah punya kerangka tim Porprov Bali XIV di Tabanan, September nanti,” tuturnya. (Daniel Fajry/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *