MANGUPURA, BALIPOST.com – Presiden Joko Widodo secara resmi menggulirkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Kebijakan ini memuat strategi seluruh pemangku kepentingan dalam mengimplementasikan revolusi industri ke-4 di lima sektor industri prioritas yaitu makanan dan minuman, elektronik, otomatif, tekstil, alas kaki, dan kimia.

Melalui peta jalan Making Indonesia 4.0, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan penerapan revolusi industri ke-4 dapat merevitalisasi dan mengakselerasi pertumbuhan sektor industri manufaktur. Selain itu, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, mendorong ekspor produk industri, serta membuka 10 juta lapangan kerja baru yang bermuara pada mewujudkan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar ke-10 di dunia pada 2030.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, meski internet bukan lagi hal yang baru, namun belum banyak negara berkembang menyadari urgensi dan manfaat penerapan revolusi industri ke-4. “Perlu disadari industri 4.0 tidak mengenal batas-batas nasional, jika negara-negara di Asia Pasifik tidak berpikir secara regional, mereka akan kehilangan peluang dan gagal mengatasi tantangan yang terus mengiringi perkembangan industry 4.0,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Kamis (8/11).

Baca juga:  BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Kebijakan Restrukturisasi Kredit Terdampak COVID-19

Kementerian Perindustrian RI sebagai salah satu negara berkembang terdepan dalam penerapan revolusi industri ke-4 di Asia, menggagas penyelenggaraan RCID (Regional Conference on Industrial Development) ke-1 di Hotel Anvaya. Kegiatan berlangsung du hari (8-9 November).

Hal ini sebagai upaya dalam meningkatkan kesadaran negara berkembang di kawasan Asia Pasifik akan potensi revolusi industri ke-4 dalam mendukung proses industrialisasi di kawasan. Ia menyasar partisipasi aktif perwakilan dari sedikitnya 27 negara berkembang di Kawasan Asia Pasifik dalam meningkatkan kesadaran penerapan revolusi industri ke-4.

Baca juga:  Jelang Imlek, Barongsai Masuk Pasar Badung

Pertemuan RCID ini diproyeksikan menjadi wadah pertukaran pengalaman, pandangan, pengetahuan dan langkah efektif dalam menjawab tantangan teknis penerapan revolusi industri ke-4. Terlebih lagi, pertemuan ini juga diharapkan menjadi platform di kawasan Asia Pasifik untuk mengakselerasi penerapan revolusi industri ke-4.

Pertemuan ini akan mendorong kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, kalangan akademisi, serta pemangku kepentingan terkait dalam mengakselerasi implementasi revolusi industri ke-4. Sebagai bentuk konkrit hasil pertemuan ini, akan dirumuskan rekomendasi strategi dan kebijakan bagi negara berkembang dalam menerapkan revolusi industri ke-4.

Baca juga:  Bali "Showroom" Produk Wirausaha Nasional

Pengalaman yang dimiliki negara, maju seperti Jepang, RRT, Korea Selatan akan menjadi benchmark bagi negara berkembang di Asia Pasifik. Selanjutnya, akan dituangkan ke dalam instrumen komitmen non binding negara-negara partisipan RCID melalui Bali Declaration.

Beberapa hal umum yang dikomitmenkan di dalam Bali Declaration, salah satunya dukungan untuk mengidentifikasi sektor pendorong utama penerapan revolusi industri 4.0 yang disesuaikan dengan kondisi negara-negara berkembang. Selain itu, dorongan untuk mengidentifikasi pembelajaran kisah sukses penerapan revolusi industri ke-4 negara maju di kawasan Asia Pasifik. Serta, desakan pemerintah negara berkembang untuk mendorong komitmen regional dalam memanfaatkan peluang dan menjawab tantangan penerapan revolusi industri ke-4. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *