DENPASAR, BALIPOST.com – Ada penampilan yang unik dan menarik dalam acara pergelaran seni kolosal bertajuk “Bali Merah Putih 2018” dalam rangka menyemarakan pesta rakyat HUT Bali Post ke-70 di Panggung Terbuka Ardha Candra-Art Center Denpasar, Sabtu (25/8) malam. Putu Putri Suastini Koster mempersembahkan sebuah kolaborasi puisi, musik, dan cak yang berjudul “Sumpah Kumba Karna”.

Kolaborasi yang dipersembahkan ini mengandung makna perjuangan ksatria membela negara dengan segala pengorbanan. Meskipun nyawa taruhannya. Perjuangannya ini bukan semata-mata untuk membela pemimpinnya, tetapi lebih menunjukan jiwa nasionalisme anak bangsa untuk cinta terhadap tanah ibu pertiwi yang dipijaknya.

Baca juga:  Rayakan Kartini, Puluhan Wanita Berselancar Gunakan Kebaya

Semangat dan perjuangan inilah yang dikumandangkan Suastini Koster lewat puisinya kepada generasi muda Bangsa, agar memiliki jiwa nasionalisme dan semangat di dalam membela bangsanya. Bukan semata-mata untuk membela kepentingan pemimpin atau kepentingan kelompok tertentu.

“Semangat nasionalime inilah yang harus dimiliki setiap anak generasi muda bangsa, meskipun pemimpinnya sedang melakukan kesalahan. Bukan semata-mata membela kesalahan pemimpin, tetapi lebih cinta terhadap bangsanya,” tandas Suastini Koster seusai melantunkan Puisi, Sabtu (25/8) malam.

Baca juga:  Bukan Masuk "High Spender," Enam Negara Diizinkan Masuk Bali Tak akan Berkontribusi Signifikan

Semangat patriotik dan heroisme para penonton pun tersulut lewat lantunan bait-bait puisi yang dinyanyikan istri Gubernur terpilih I Wayan Koster ini. Ditambah musik pengiring dari Indrawan dkk semakin membuat suasana larut dalam alunan setiap baitnya.

Penampilan sastrawati senior Bali ini semakin megah dan bekharisma dengan aksentuasi vokal dan gerak ritmis 90 orang penari cak dari sekaa cak fenomenal “Cak Rina”. Menurutnya, puisi adalah kata-kata yang indah yang berasal dari kedalaman hati.

Baca juga:  Gubernur Koster Beber Manfaat Vaksinasi dalam Penanganan COVID-19

Padahal, melalui puisi orang yang mendengarkannya akan bisa tersentuh. “Generasi muda Bali cukup berminat untuk berpuisi, namun ruangnya masih terbatas. Ke depan pemerintah harus memberikan ruang yang lebih luas kepada anak-anak kita, sehingga kreativitas mereka bisa tersalurkan, terutama dalam hal berpuisi,” tandasnya. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *