MANGUPURA, BALIPOST.com – Perkembangan sektor pertanian di Desa Pelaga Kecamatan Petang dewasa ini menggembirakan. Peningkatan tidak hanya dari sisi kuantitas, tetapi juga kualitas hasil pertanian.

Meski demikian, petani masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan klasik seperti sulitnya pemasaran dan permainan harga akibat ulah oknum tengkulak nakal. Hal itu diungkapkan Perbekel Pelaga I Gusti Lanang Umbara.

Menurut Lanang Umbara, harga produk pertanian kerap kali anjlok walaupun pasokan normal. Jika kondisi ini terjadi, petani akan serba salah menjual hasil panennya.

Harga murah jelas merugikan petani, mengingat ongkos produksi cukup mahal. Petani tak bisa berbuat banyak. Sebab akses ke pasar terbatas. Alhasil, mereka terpaksa menjual hasil pertaniannya ke tengkulak.

Hal ini diakui salah seorang petani di Banjar Kiadan, Desa Pelaga, Ketut Rumia. Petani yang memiliki lahan sekitar 95 are tersebut menceritakan harga jeruk hasil produksinya berfluktuasi sekitar 8.000 – 5.000 rupiah per kilogramnya.

Baca juga:  Kodim 1619/Tabanan Karya Bakti Beton Jalan Subak

Variasi harga tersebut tergantung daripada kelas buahnya. Namun kendala terbesarnya saat terjadi panen raya, harga jeruk anjlok hingga 4.000 rupiah per kilogram.

Guna memberikan perlindungan ke petani, Pemerintah Desa Pelaga tengah merancang sebuah terobosan. Rencananya, akan dibangun sinergi antara petani dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang akan didirikan Pemkab Badung.

Produk pertanian Pelaga nantinya ditampung BUMDes untuk kemudian disalurkan ke hotel maupun restoran melalui BUMD. Soal kapan rencana tersebut terealisasi, Lanang Umbara belum bisa memastikannya. ”Kerja sama dengan BUMDes itu masih dalam tahap rancangan, karena perlu langkah-langkah dan perencanaan yang matang supaya tidak mubazir. Kalau tergesa-gesa, hasilnya tidak maksimal. Kami juga tidak ingin sistem ini melanggar aturan,” jelasnya.

Baca juga:  Hapus Stigma Rusak Pertanian, Pelaku Pariwisata Gandeng Petani hingga Industri Ekraf

Untuk sementara, sudah ada sejumlah produk yang masuk hotel. Tapi itupun melalui pedagang yang punya akses langsung ke petani dan hotel.

Ia berharap program Bupati Badung Nyoman Giri Prasta untuk memfasilitasi produk pertanian Badung ke akomodasi pariwisata bisa terwujud tahun depan. Dengan begitu, ada jaminan harga dan pasar buat petani.

Selain berencana memaksimalkan peran BUMDes, Pemerintah Desa Pelaga juga memaksimalkan pembinaan dan pemberdayaan kelompok pertanian. Bahkan, pihaknya turut membantu memfasilitasi di bidang permodalan.

Baca juga:  Cegah Alih Fungsi Sawah Bukan Tugas Petani

Lebih lanjut dipaparkannya, komoditas pertanian di Pelaga cukup beragam. Namun ada tiga yang menjadi perhatian khusus yakni jeruk, jambu kristal dan asparagus. Pertanian jeruk terbilang mendominasi. Dari luas lahan pertanian di Pelaga yang 3.500,83 hektar, hampir 30 persennya wilayah pertanian jeruk. ”Jeruk sangat eksis di sini. Kualitasnya sangat bagus, bisa bersaing dengan produk luar. Cuma kalau bicara soal kendala, tentu ada. Biaya produksinya mahal,” katanya.

Sementara jambu kristal dan asparagus, sudah mendapat tempat di hati konsumen. Jambu kristal yang dikembangkan di Pelaga bahkan sudah berubah nama menjadi jambu Pelaga. Sedangkan asparagus, telah mendapatkan predikat terbaik se-Asia Tenggara. ”Asparagus kami jadikan ikon Desa Pelaga,” kata Lanang Umbara. (Eka Adhiyasa/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *