Ilustrasi. (BP/dok)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Lebih dari 300 Kepala Keluarga (KK) warga di Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula kesulitan mendapat air bersih. Ini terjadi karena sumber mata air yang dikelola oleh pemerintah desa tidak cukup memenuhi kebutuhan air bersih bagi semua warga.

Sejak kesulitan air bersih, warga membeli air bersih dan juga mencari basntuan air tangki yang dipasok oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng. Data di Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sami Rana Desa Sembiran yang mengelola air bersih menyebutkan, situasi paling parah terjadi di Dusun Bukit Seni dan Dusun Panggung.

Di dua dusun ini ada sekitar 300 KK warga sejak lama kesulitan air bersih. Ketika musim hujan, ratusan warga di dua dusun ini masih bisa memenuhi kebutuhan air bersih dari tampungan air hujan.

Saat masuk musim kemarau seperti sekarang ini, warga harus membeli air bersih untuk memasak dan mandi, cuci dan kakus (MCK). Untuk keperluan satu minggu, warga di sini membeli air bersih rata-rata antara Rp 125.000 sampai Rp 150.000 untuk satu bak penampungan air isi sekitar 1.100 liter. Selain itu, warga juga memanfaatkan bantuan air tangki yang dipasok oleh BPBD.

Baca juga:  Warga Ubud dan Tampaksiring Wajib Terapkan Adaptasi Kebiasaan Baru

Sedangkan, di Dusun Anyar, Kanginan, Kawanan, dan Dusun Dukuh secara umum sudah terpenuhi layanan air bersih dengan memanfaatkan dua sumber mata air di Desa Satra, Kintamani, Bangli. Dari empat dusun itu, dua diantaranya belum optimal mendapat pelayanan air bersih. Ini bukan karena debit air yang tidak cukup, tetapi karena jaringan pipa yang mendapat pasokan air bersihg sudah bertahun-tahun tidak pernah diganti, sehingga pasokan airnya terganggu.

Ketua Bumdes Sami Rana I Wayan Ariasa, Rabu (27/6) mengatakan, kesulitan air bersih di desanya itu telah menjadi perencanaan pembangunan prioritas. Sejak awal, di desanya memanfaatkan dua sumber mata air yakni di Pura Sang Telaga dan Pura Yeh Song di mana keduanya ada di Desa Satra.

Pasokan air bersih ini tidak cukup memenuhi kebutuhan warga sejumlah 1.600 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar di Dusun Anyar, Kanginan, Kawanan, Dukuh, Bukit Seni, dan Dusun Panggung. Selain dua sumber mata air itu, Desa Sembiran juga memiliki sumber mata air lokasinya di Sembiran bawah.

Baca juga:  Diusulkan Ada Jembatan Penghubung antara Pasar Badung dan Kumbasari

Sumber mata air ini tidak bisa dialirkan ke wilayah di ketinggian. Beberapa tahun sebelumnya smepat dialirkan dengan pompa air. Hanya saja, upaya itu dihentikan karena pihak pengelola air bersih kesulitan biaya membeli solar untuk mesin pompa. Penghasilan pengelola air bersih rata-rata Rp 5 juta sebulan, sementara biaya untuk membeli solar saja saat itu mencapai Rp 12 juta tiap bulan.

Atas kondisi ini, pemerintah desa tahun ini memanfaatkan Alokasi Dana Desa (ADD) untuk mengalirkan air bersih dari sumber mata air di Desa Selulung, Bangli. Sumber mata air dengan debit sekitar 13 liter per detik itu rencananya dialirkan dengan pipa enam dim dan pipa empat dim.

Untuk membiayai penambahan pasokan air bersih ini dialokasikan anggaran tahun ini sebesar Rp 600 juta. Tahun 2017 lalu, pemerintah desa juga sudah memanfaatkan ADD Rp 400 juta untuk mengawali penambahan jaringan air bersih di desanya. “Mulai tahun 2017 dan tahun ini kami lanjutkan lagi untuk menambah debit air dan sumber dari Selulung itu kami kerjakan dan sedang proses,” katanya.

Baca juga:  Tangani Krisis Air di Pejukutan dan Sekartaji, Tahun Depan Pemkab Usulkan DAK ke Pusat

Selain mengatasi kesulitan air bersih di dua dusun, Ariasa juga memprogramkan untuk membagi pasokan air dari Selulung itu untuk di empat dusun lain. Upaya ini pun akan diimbangi menejemen pengelolaan air bersih menggunakan water meter. Saat ini, warga pun dikenakan biaya air bersih dengan sistem perkiraan.

Rata-rata setiap KK membayar air bersih Rp 10.000 per bulan. Selain itu, pemeliharaan jaringan pipa terutama yang sudah tua, akan ditangani sehingga mengurangi kebocoran air. “Pemakaian air nanti kami hitung dengan water meter, sehingga pemakaian air akan riil dan memelihara jaringan dengan baik, sehingga pasokan menjadi stabil dan kesulitan air bersih bisa ditangani dengan tuntas,” jelasnya. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *