BANGLI, BALIPOST.com – Kelestarian hutan Taman Wisata Alam (TWA) Penelokan tepatnya yang ada di belakang pasar Seni Geopark mulai terancam. Hutan yang ditumbuhi banyak pepohonan besar itu kini dijejali banyak sampah di sejumlah titik.

Kuat dugaan, sampah yang menumpuk itu sengaja dibuang pedagang pasar seni dan pasar desa yang berdiri di areal hutan tersebut.

Berdasarkan pantauan, sampah yang menumpuk di areal hutan terdiri dari berbagai jenis. Kebanyakan berupa buah-buahan busuk, sisa sayuran, keranjang bamboo dan plastik bekas. Sampah tersebut menumpuk di samping pagar pembatas antara pasar desa dengan kawasan hutan.

Dilihat dari banyaknya volume sampah yang menumpuk, kemungkinan pembuangan sampah di areal hutan itu sudah terjadi cukup lama.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali Sulistyo Widodo saat dikonfirmasi Selasa (12/6) tak menampik kondisi tersebut. Kata Sulistyo, sampah tersebut juga dibuang oleh pedagang yang berjualan di Pasar Seni Geopark. Terkait hal itu pihaknya sejatinya sudah sempat mengkordinasikan dengan Disperindag Bangli terkait banyaknya tumpukan sampah di areal hutan tersebut.

Baca juga:  Inmendagri No. 60 Dikeluarkan, PPKM Jawa-Bali Lanjut

Teguran juga sudah sempat diberikan beberapa kali baik lisan maupun tertulis untuk tidak membuang sampah ke dalam kawasan hutan, namun pembuangan sampah masih tetap terjadi. Dikatakan Sulistyo bahwa keberadaan sampah yang menumpuk di areal tersebut menjadi tanggung jawab pihak Desa Batur Tengah. Sebab pengelolaan pasar desa yang didirikan di areal hutan TWA tersebut dilakukan pihak desa setempat.

Dia menjelaskan bahwa pedagang yang kini berjualan di pasar areal hutan TWA semula berjualan di Museum Gunung Api Batur. Namun karena dilakukan pembangunan museum, pedagang tersebut pindah ke trotoar Penelokan.

Baca juga:  20 Tahun Tak Teraliri, Tukad Mati di Desa Abang Banjir Lumpur Berbau Belerang

Beberapa lama kemudian, para pedagang tersebut dipindahkan ke pasar desa yang didirikan di areal hutan. Sulistyo mengatakan karena pemanfaatan areal hutan TWA untuk menjadi pasar sudah dikerjasamakan BKSDA dengan Pemkab Bangli dan Desa Batur Tengah, urusan kebersihan menjadi tanggung jawab desa. “Kurang baik apalagi BKSDA. Dari awal sudah ada komitmen, silakan pakai space, tapi soal kebersihan menjadi tanggung jawab mereka,” jelasnya.

Terkait banyaknya sampah yang kini menumpuk di areal hutan TWA Penelokan tersebut, Sulistyo mengatakan pihaknya akan kembali melakukan koordinasi dengan pihak Desa Batur Tengah selaku pengelola pasar desa. Pihaknya akan mengingatkan kembali pihak desa untuk bersama-sama mejaga kebersihan hutan. “Karena pengelolaannya dilakukan di desa, maka kebersihannya harus dijaga. Sampahnya jangan dikembalikan ke BKSDA. BKSDA bukan instansi yang ngurusin sampah,” tegasnya.

Baca juga:  Status Siaga Darurat Naik Jadi Tanggap Darurat, Ini Kata Satgas Provinsi

Sementara itu, Perbekel Batur Tengah Made Sasmika saaat dikonfirmasi terpisah mengatakan sudah meminta petugas kebersihan pasar untuk mengangkut tumpukan sampah di areal tersebut. Dia mengakui sampah yang menumpuk itu berasal dari pedagang pasar. “Intinya kami atas nama Desa Batur Tengah akan segera membersihkan sampah itu. Hari ini sesegera mungkin akan kami angkat,” jelasnya.

Selain melakukan pengangkutan sampah, pihaknya juga mengeluarkan surat edaran ke pedagang agar tidak membuang sampah ke areal hutan. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *