Pengungsi
Suasana pengungsian di Posko Pengungsian di UPTD Pertanian Desa Rendang yang sepi akibat ditinggal pulang untuk persiapan Hari Raya Kuningan. (BP/nan)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Sejumlah tempat pengungsian yang berada di Kecamatan Rendang pada Penampahan Kuningan, Jumat (10/11) terlihat sepi. Sepinya beberapa pengungsian itu, akibat di tinggal pulang para pengungsi untuk persiapan merayakan Hari Raya Kuningan, Sabtu (10/11).

Pantauan dilapangan, sejumlah titik pos pengungsian di Rendang terlihat sepi. Bahkan kosong, sama sekali tidak ada pengungsinya. Mereka sudah pulang untuk mempersiapkan persembahyangan di masing – masing paibon/pura dadia saat Kuningan.

Ada beberapa warga yang masih tinggal di sejumlah tempat pengungsian seperti di UPTD Pertanian, itu pun mereka menjaga pengungsi yang memiliki keluarganya lansia. Sementara ibu rumah tangga hampir semuanya pulang kampung untuk mempersiapkan bahan upacara pada Hari Raya Kuningan. Sejumlah tempat pengungsian seperti di Banjar Segah, Desa Nongan, di Pasar Yadnya Rendang juga sama sekali tidak ada penghuninya alias kosong.

Baca juga:  2018, Kunjungan ke Gianyar Capai 2,7 Juta Wisatawan

Kordinator Posko Pengungsian di UPTD Pertanian, Desa Rendang, Karangasem I Nengah Sama mengungkapkan, pasca turunnya status Gunung Agung dari level awas ke siaga beberapa waktu lalu, kini jumlah pengungsi yang masih bertahan di pengungsian UPTD Pertanian ada sebanyak 337 orang. Sekarang ini hampir 90 persen warga pengungsi pulang ke kampung halaman mereka masing-masing untuk persiapan Hari Raya Kuningan.

“Kondisi pengungsian memang sepi. Hanya yang masih ada pengungsi lansia. Tapi ada juga yang muda, karena mereka menjaga keluarganya yang lansia. Selain itu semuanya sudah pulang untuk sembahyang saat Kuningan. Setelah itu, mereka pasti akan kembali ke pengungsian,” ungkapnya Jumat (10/11).

Sama menjelaskan, warga dari Banjar Kesimpar, Desa Besakih sebagian besar memang masih mengungsi. Sebab, wilayah mereka masih berada di zona merah. Meski begitu, ada beberapa warga yang memilih tidur permanen di rumah mereka dan tidak lagi mengungsi. Kata dia, pihaknya sudah memberikan himbauan kepada mereka kalau tempatnya masih masuk zona berbahaya.

Baca juga:  Gunung Agung Siaga, Aktivitas Kegempaan Masih Capai Puluhan Kali

Akan tetapi, mereka tetap bersikukuh untuk tidur di rumah mereka. Karena sudah begitu, pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Kini semuanya dikembalikan ke masyarakat. “Kita sudah himbau untuk supaya mereka yang ingin tidur permanen dirumahnya supaya tetap mengungsi. Karena dari pemerintah intruksinya memang warga Kesimpar memang tetap harus mengungsi. Karena wilayahnya masih berbahaya. Tapi karena pemberitahuan yang diberikan tidak dihiraukan ya mau gimana lagi. Kita serahkan lagi ke masyarakat. Jika nantinya kalau Gunung Agung erupsi supaya mereka tidak sampai menjadi korban,” harap Sama.

Baca juga:  Mantapkan Program Angkutan Siswa, Bupati Suwirta Bina Sopir

Warga pengungsi I Komang Sukadana mengatakan, memang keluarganya dan pengungsi lainnya sebagian besar sudah pulang untuk persembahyangan Kuningan. Kata dia, saat Galungan juga keluarganya dan warga lainnya pulang untuk bersembahyang. Dan setelah sembahyang, kembali ke pengungsin untuk mengungsi lagi. Dan sekarang dirinya masih di pengungsian karena masih menjaga neneknya.

“Saya memang tidak pulang kerumah karena jaga nenek disini (pengungsian red). Dan setelah Kuningan keluarga pasti balik lagi ke pengungsian seperti sebelumnya saat Galungan. Begitu juga pengungsi lainnya pasti akan kembali ke pengungsian ini. Karena mereka tidak berani lama-lama berada di rumah,” kata Sukadana. (eka prananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *