kawah
Gunung Agung. (BP/dok)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Tanda-tanda arah Gunung Agung untuk terjadi erupsi semakin besar. Kalau sebelumnya telah terjadinya pembengkakan pada gunung, dan kini sudah mulai terjadinya rekahan-rekahan di dasar kawah. Bahkan rekahan yang terjadi panjang mencapai ratusan meter lebih di dalam kawah dari arah Barat Daya ke arah Timur laut. Rekahan itulah yang memicu makin banyaknya asap atau solfatara (tembusan asap gas) yang keluar dari dasar kawah.

Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG/BG KSDM I Gede Suartika, Jumat (29/9) menyatakan, kalau berdasarkan temuan seorang pendaki dari Indonesia pada 13 September lalu mereka menemukan adanya beberapa tembusan solfatara di kawah yang belum bisa dilihat secara visual dari kejauhan 12 kilometer. Kemudian seminggu terakhir ini, mulai terlihat solfatara dengan ketinggian sekitar 100-200 meter dari puncak.

Baca juga:  Gunung Agung Siaga, Gubernur Bali Berangkat ke Karangasem

Sedangkan dua hari terakhir ini, mulai terjadinya kepulan asap dari kawah yang semakin tebal dan secara terus menerus. Itu menandakan di dasar kawah sudah terjadi rekahan-rekahan yang membuat asap kawah atau solfatara terus keluar dari kawah. Rekahan itu memicu terjadinya perubahan wajah kawah.

“Kalau sebelumnya tembusan solfatara terjadi hanya beberapa titik, namun sekarang ini tembusan solfatara sudah semakin bertambah banyak dan semakin meluas. Data satelit juga mendukung kalau tembusan solfatara semakin banyak. Itu menandakan rekahan-rekahan mulai terjadi di dasar kawah. Rekahan yang terjadi mencapai ratusan meter lebih dari arah Barat Daya ke arah Timur Laut. Dan rekahan-rekahan ini akan terus meluas,” ungkap Suartika.

Baca juga:  Kunker ke Bali, Presiden Saksikan BWF World Tour Finals 2021

Suartika menambahkan, untuk terjadinya erupsi, perubahan yang terjadi secara visual yakni asap yang dikeluarkan semakin abu-abu tebal, asap semakin menghitam dan makin tinggi yang bisa dilihat dari jarak 12 kilometer dan baru akan diikuti dengan hujan abu, batu dan diikuti dengan semburan lahar panas.

“Kalau sudah menunjukkan perubahan seperti itu, kita baru bisa bilang Gunung Agung sudah erupsi. Tapi saat ini masih belum, karena asap masih belum begitu tebal. Dengan kondisi ini jelas mengarah ke erupsi semakin besar,” katanya.

Baca juga:  Antisipasi Paparan Abu Vulkanik di Buleleng, Ribuan Masker Dibagikan

Lebih lanjut dikatakannya secara kegempaan masih terus terjadi mulai dari gempa vulkanik dalam,vulkanik dangkal, tektonik lokal dan gempa terasa. Kata dia, dalam enam jak terakhir  dari pukul 06. 00-12.00 Wita untuk gempa vulkanik dalam sebanyak 173,  vulkanik dangkal 54 dan tektonik lokal 11 gempa.

“Jadi fluktuasi gempa-gempa yang terjadi  setiap harinya masih diatas 500-an. Ini menandakan kalau dari kegempaan Gunung Agung masih kritis.  Karena gempa terasa setiap hari terjadi sampai 10 kali,” pinta Suartika. (eka prananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *