
DENPASAR, BALIPOST.com – Bertepatan dengan Rahina Tilem Kanem, Umat Hindu di Bali akan melaksanakan Yasa Kerthi untuk Upacara Bhumi Sudha, Jumat (19/12). Upacara Bhumi Sudha ini akan digelar di 3 pura, yaitu di Pura Pengubengan Besakih, Pura Ulun Danu Batur Kintamani dan Pura Segara Watuklotok Klungkung.
Bendesa Madya Majelis Desa Adat Kabupaten/Kota se-Bali akan melaksanakan persembahyangan bersama dan nunas Tirta Penawar/Pemarisudha tanggal 19 Desember 2025, pukul 11.30 Wita, di Pura Segara Watuklotok, Klungkung, untuk selanjutnya dibagikan kepada krama di wilayahnya masing-masing.
Yajamana Yasa Kerthi Upacara Bhumi Sudha, Ida Pedanda Gede Putra Tembau, menjelaskan pemarisudha sekala dan niskala ini penting dilakukan untuk menyikapi kondisi alam dan perubahan sasih yang berpotensi menimbulkan adanya berbagai penyakit, bencana dan virus.
Untuk Pemarisudha niskalanya sesuai dengan petunjuk sastra yang telah ditetapkan dalam Paruman Sulinggih Provinsi Bali tanggal 16 Desember 2009 agar dilaksanakan Upacara Bhumi Sudha setiap Tilem Sasih Kanem, dan untuk tahun 2025 Upacara Bhumi Sudha jatuh pada Sukra Kliwon Pujut, tanggal 19 Desember 2025 (Tilem Sasih Kanem) bertempat di tiga pura yaitu di Pura Pengubengan Besakih, Pura Ulun Danu Batur Kintamani dan Pura Segara Watuklotok Klungkung.
Berkenaan dengan hal tersebut, untuk mendukung kesucian dan suksesnya pelaksanaan upacara tersebut patut dilaksanakan Yasa Kerti oleh seluruh umat Hindu Dresta Bali. Baik dalam sikap dan perilaku maupun dalam bentuk upacara dan upakaranya.
Untuk di deda adat, di Pura Puseh, Bale Agung lan Dalem menghaturkan Pejati 1 soroh, sorohan 1 soroh, Prascita, Biukaon, Durmangala masing-masing 1 soroh.
Di masing-masing rumah tangga, di Sanggah Merajan (Kemulan) menghaturkan Sesayut Pengambeyan 1 soroh. Prascita, Durmangala masing-masing 1 soroh. Banten Pangenteg Hyang (pejati 1 soroh, sorwan tumpeng pitu 1 soroh, sayut pangambeyan).
Di Natar Merajan lan Natar Paumahan menghaturkan segehan cacah 11 tanding.
Di Pemesu/Lebuh (Pintu masuk pekarangan) nanceb sanggah cucuk di tengen pemesu, mepelawa don kayu tulak, munggah banten tumpeng selem adanaan, mesate calon, urab bang-urab putih, rakania, jaja gina, biyu kayu melablab, tuak asujang, sambat: Ida Sang Hyang Motha.
Di sor sanggah cucuk berupa segehan 9 tanding, meulam jejeron bawi matah – lebeng, getih atakir, sambat: Sang Bhuta Ngadang Semaya Pati.
Untuk tata cara pelaksanaannya, Ida Pedanda Gede Putra Tembau, menjelaskan perwakilan dari Majelis Madya Desa Adat dari masing-masing kabupaten/kota se-Bali melaksanakan persembahyangan bersama dan nunas tirtha Bumi Sudha bertempat di Pura Segara Watuklotok Klungkung pukul 11.30 wita dengan membawa banten pejati lengkap dengan membawa genah tirtha, selanjutnya dibagikan kepada seluruh desa adat yang ada di wilayahnya masing-masing.
Setelah tiba di tempat masing-masing, tirtha dimaksud dipendak dengan segehan kemudian dilinggihkan di Pura Kahyangan Desa. Untuk mencukupi kebutuhan semua umat di wilayah itu, tirtha dapat ditambahkan air bersih secukupnya.
Masing-masing umat Hindu mohon tirtha bumi sudha tersebut, dengan sarana canang sari (maturan saka sidan), untuk dipercikan disanggah merajan, pekarangan rumah dan semua anggota keluarga termasuk binatang peliharaan dan tanaman yang ada di pekarangan.
Setelah selesai menghaturkan banten seperti tersebut di atas di masing-masing rumah tangga (dari merajan sampai pemesu pekarangan) selanjutnya anggota keluarga melukat kemudian sembahyang, setelah itu dilanjutkan dengan natab banten Pengenteg Hyang seperti tersebut diatas nunas Pengenteg Bayu mesesapuh wighna. (Ketut Winata/balipost)









