Sejumlah pegawai Lapas Tabanan saat melakukan panen terong ungu di Kebun Lapas. (BP/istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Program pembinaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Tabanan terus menunjukkan geliat positif. Melalui sarana asimilasi edukasi berupa Kebun Lapas yang berlokasi di Jambe, Desa Dajan Peken, warga binaan tak hanya dilatih keterampilan berbasis pertanian dan perikanan, tetapi juga berhasil menghasilkan sejumlah produk unggulan, termasuk pie susu “Sangkar Emas”.

Kepala Lapas Tabanan, Prawira Hadiwidjojo menjelaskan, program ini digarap di atas lahan seluas 16 are, yang ditata menjadi kebun produktif dan kolam ikan. Lima warga binaan yang terlibat merupakan peserta asimilasi berisiko rendah dan mendekati masa bebas. Mereka dikeluarkan setiap pagi dan kembali masuk ke lapas pukul 16.00 Wita dengan pengawalan ketat.

Baca juga:  Menperin Ajukan Penghapusan PPnBM Khusus Untuk Produk Mobil Rakyat

Dari sektor perikanan, Lapas mengelola kolam lele, mujair, dan nila. Sejak kebum lapas ini mulai digarap, setidaknya enam bulan terakhir, panen lele tumbuh signifikan hingga 4.000 ekor, ditopang bibit bantuan dari Dinas Perikanan. “Lele sudah panen dua kali panen pertama 100 kilogram dan 400 kilogram pada panen berikutnya,” jelasnya, Kamis (11/12).

Sementara untuk kebun menghasilkan jagung manis dan jagung ketan yang sudah empat kali panen dengan total 50 kilogram, serta terong ungu yang pernah panen perdana sebanyak 60 kilogram. Tak hanya pangan segar, warga binaan juga mengembangkan produk olahan yakni pie susu “Sangkar Emas”, yang diproduksi di dapur asimilasi, serta kacang bawang. Produk ini mulai dipasarkan internal dan pada sejumlah kegiatan pemerintahan. Selain itu, jasa cat motor dengan tarif di bawah pasaran menjadi usaha kreatif baru oleh warga binaan.

Baca juga:  900 Hektar Kebun Kakao Belum Diremajakan

“Usaha ini berputar karena warga binaan kami terus kami berdayakan. Hasil jualan gorengan, jasa laundry, dan cucian motor kami jadikan modal untuk perikanan lele. Jadi siklusnya jelas, pemberdayaan menghidupi pemberdayaan,” ujar Kalapas.

Meski produktif, pemasaran diakui masih menjadi tantangan utama. Lapas berharap adanya jejaring atau kelompok petani dan UMKM yang bersedia memberikan pendampingan, khususnya untuk meningkatkan kualitas produk dan membangun akses pasar berkelanjutan.

Baca juga:  Bupati Suwirta Tutup Festival Semarapura ke-3

Beberapa mantan warga binaan yang pernah ikut program ini bahkan telah berhasil melanjutkan usaha mandiri usai bebas, menjadi bukti bahwa model pembinaan berbasis produksi ini efektif mendorong kemandirian ekonomi.

Lapas Tabanan berharap adanya kolaborasi dengan kelompok pertanian, pelaku UMKM, untuk pendampingan. “Harapan kami, ada kelompok petani yang bersedia membimbing secara rutin. Ini penting agar kualitas panen lebih stabil dan produk olahan seperti pie susu bisa menembus pasar lebih luas,” jelas Kalapas. (Dewi Puspawati/balipost)

BAGIKAN