
DENPASAR, BALIPOST.com – Pelaksanaan prosesi ngarebong di Desa Adat Kesiman pada Minggu (7/12) batal dilaksanakan secara ngubeng atau terbatas.
Hal ini dikarenakan sejam menjelang prosesi dimulai terjadi hal yang tidak disangka. Para pemangku, lanang dan istri, kerauhan massal yang intinya menolak upacara ngarebong ngubeng.
Akhirnya lewat pemuus Ida Bhatara melalui Jro Mangku Gede Dalem Muterin Jagat Kesiman diputuskan prosesi pangerebongan berjalan normal setelah kober Dalem dari Pura Mregan Kesiman tiba di Pura Agung Petilan.
Upacara diawali ngaturang upacara guru piduka diikuti semua pemangku prasanak, para manca, dan pangerob sejebag Kesiman.
Prosesi akhirnya dimulai pukul 15.42 WITA diawali dengan persembahyangan bersama para pemangku. Lanjut Ida Bhatara tedun napak pertiwi keliling ngider bhuwana melalui pintu utara ke barat dan masuk menuju pintu selatan dan kembali ke jaba Dalem Pura.
Ratu Pemangku Gede menyaksikan dari bale agung bukan di pintu gerbang kori agung seperti sebelumnya.
Yang menarik sekalipun tak ditemukan kerauhan massal para pepatih yang ngurek namun kain Poleng Kesiman Sudamala tetap dipundut ngider bhuwana.
Jro Bandesa Kesiman Mangku Ketut Wisna menjelaskan ritus ngarebong sudah dilaksanakan sejak tahun 1937 ketika Kesiman sebagai sebuah distrik. Wilayahnya meliputi Pemogan, Suci, Sanur hingga Nusa Dua.
Makanya sesuhunan sekitar wilayah ini ikut serta dalam prosesi ngarebong yang dilaksanakan setiap Minggu Pon Wuku Medangsia. Hanya saja kali ini semua sesuhunan tersebut tak ikut prosesi ngarebong karena kori agung Pura Agung Petilan masih proses restorasi.
Bandesa Wisna menjelaskan Desa Adat Kesiman melalui paiketan pemangku telah melaksanakan paruman khusus membahas tata pelaksanaan pengilen di Pura Agung Petilan selama proses restorasi berlangsung.
Restorasi ini menyasar sejumlah situs utama sehingga diperlukan penyesuaian pelaksanaan ritual agar tetap berjalan sesuai pakem dan kesucian pura tetap terjaga.
Dijelaskan bahwa hasil paruman paiketan pemangku menegaskan rangkaian pangerebongan di Pura Agung Petilan dimulai pukul 09.00 WITA diawali dengan menghias Ida Bhatara Dalem.
Sedangkan Ida Sesuhunan Prasanak dan Pramanca dilaksanakan di pura masing-masing. Umat tampak sudah melakukan persembahyangan mulai pukul 09.00 WITA sampai pangilen pangerebongan berakhir sore hari.
Prosesi ini wajib diawali dengan upacara Nyanjan dan Nuwur Ida Bhatara.
Jro Bendesa menegaskan pada prosesi ngarebong tahun depan pada 2026 mendatang dipastikan akan berlangsung normal karena kori agung sudah dipastikan rampung pada Januari 2026.
Pada saat itu dipastikan akan kembali digelar lomba budaya dan penjor.
Selain dipadati umat rangkaian ngarebong juga diminati kalangan wisatawan mancanegara
Tampak dua turis asal Austria sejak siang sudah menyaksikan persembahyangan umat. Namun mereka tak tahu soal tak adanya kerauhan massal yang menjadi ciri khas pangerebongan.
Budayawan asal Kesiman yang juga Wakil Bendesa Adat Kesiman, Guru Anom Ranuara menambahkan desa adat sudah mengantisipasi jika terjadi pemuus bahwa ngarebong tak boleh ngubeng dengan cara ngaturang prayascita alit pada kuri utara dan kuri selatan sehingga prosesi ngarebong tetap berjalan. Bahkan kori agung sudah diupacarai menanam
pedagingan.
Tujuan prosesi ini mengharmoniskan Akasa lan Pertiwi Bali. Dalam kondisi normal prosesi ini ditandai dengan kerauhan massal, pelawatan Barong dan Rangda serta para pepatih yang trance itu keluar dari Kori Agung. (Sueca/balipost)










