
TABANAN, BALIPOST.com – Sudah menjadi tradisi setiap enam bulan atau menjelang Hari Raya Galungan, krama Desa Adat Pandak Gede, Kecamatan Kediri nampah kebo atau menyembelih kerbau, Senin (17/11).
Kali ini ada sebanyak delapan ekor kebo yang dipotong. Tradisi unik ini sudah berlangsung sejak abad ke-14.
Harga satu jujulan daging kebo tercatat stabil di kisaran Rp400 ribu, tidak berubah dari Galungan sebelumnya. Meski nilai seekor kebo masih berada di harga Rp26 juta hingga Rp28 juta, antusiasme krama untuk mapatung kebo tetap tinggi.
Anggota DPRD Tabanan yang juga krama Pandak Gede, I Gusti Ketut Artayasa, menegaskan bahwa tradisi yang telah diwariskan sejak tahun 1360 ini tidak pernah dilewatkan. “Kalau tidak nampah kebo seperti tidak merayakan Galungan,” ujarnya.
Delapan kebo tersebut dibeli oleh delapan banjar yang ada di Pandak Gede, dengan pasokan kerbau berasal dari wilayah Negara dan Penebel. Proses penyembelihan dilakukan lebih awal, yakni sejak Minggu, agar masyarakat dapat fokus pada rangkaian upacara Penampahan Galungan seperti mabanten dan sembahyang.
Satu ekor kebo dapat menghasilkan 70 hingga 75 jujulan, masing-masing dijual Rp400 ribu–Rp450 ribu. Daging kerbau ini tidak hanya dipergunakan untuk upakara Galungan, tetapi juga diolah menjadi berbagai hidangan khas seperti dendeng kerbau, tum, lawar, hingga rawon.
Untuk menghilangkan bau amis, warga menambahkan daun tengulun, bumbu tradisional yang menjadi ciri khas olahan daging kerbau di desa setempat.
“Rata-rata semua membeli daging kerbau. Kalau tidak mampu satu jujulan, bisa beli setengahnya,” tutup Artayasa yang juga mantan Perbekel Pandak Gede.
Tradisi nampah kebo sudah dilakukan secara turun temurun. Bahkan memiliki histori yang konon katanya saat leluhur hendak menggelar upacara yadnya sempat nampah sampi (menyemblih sapi). Namun, ketika sapi tersebut sudah disembelih dan kemudian dibagi hingga dimasak sesuai selera, warga yang sempat mengomsumsi daging sapi ini justru sakit. Mulai dari demam, sakit perut dan gejala sakit lainnya. Sehingga setelah itu, untuk mengantisipasi menyembelih sapi, krama Pandak Gede pun menggantinya dengan nampah kebo atau memotong daging kerbau.(Puspawati/balipost)










