
DENPASAR, BALIPOST.com – Pelaksanaan Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali yang akan berlangsung pada 19 dan 29 November dipastikan memberi multiplier effect pada perekonomian Bali.
Sebab, pada perayaan hari besar keagamaan ini selalu diikuti dengan peningkatan aktivitas ekonomi, terutama di sektor konsumsi rumah tangga, perdagangan, dan transportasi.
Menurut Pengamat Ekonomi, Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, S.E., M.M saat diwawancarai, Jumat (14/11) mengatakan, secara empiris, pelaksanaan Hari raya keagamaan Hindu di Bali, tentu memiliki dampak cukup signifikan terhadap dinamika perekonomian daerah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, pengeluaran konsumsi rumah tangga pada periode menjelang Galungan dan Kuningan meningkat rata-rata 12–18 persen dibandingkan bulan biasa.
Fenomena itu terlihat dari meningkatnya permintaan terhadap barang kebutuhan upacara seperti daging babi dan ayam, buah-buahan, janur, bunga, kain adat, serta jasa perajin canang yang biasanya melonjak tajam. “Akibatnya, harga sejumlah komoditas pokok mengalami kenaikan,” katanya.
Seperti harga daging babi, cabai, telur, dan beras mengalami fluktuasi akibat meningkatnya permintaan mendadak dari masyarakat. Demikian sektor pariwisata dan transportasi menurutnya turut terdorong karena banyak wisatawan domestik maupun mancanegara memilih datang ke Bali untuk menyaksikan suasana perayaan dan upacara adat.
Meningkatnya aktivitas ekonomi ini kata dia, berdampak positif terhadap pendapatan masyarakat, terutama pelaku UMKM dan sektor informal. “Namun, efek sampingnya adalah tekanan inflasi musiman. BPS mencatat, inflasi Bali pada perayaan Galungan April lalu mencapai sekitar 0,43 persen month to month (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,18 persen. Pola serupa diprediksi akan berulang pada tahun 2025 karema faktor musiman dan meningkatnya daya beli masyarakat seiring pemulihan ekonomi,” ujar Guru Besar Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) ini.
Sementara itu, berdasarkan pengamatan di lapangan, beberapa komoditas telah mengalami kenaikan harga terutama sarana upakara. Seperti halnya canang sari yang seminggu jelang Galungan ini sudah naik mencapai Rp25.000 per 25 biji dari sebelumnya Rp15.000 per 25 biji.
Selain itu komoditi yang disinyalir akan mengalami kenaikan yakni daging babi.
Menurut Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali I Ketut Hari Suyasa, kenaikan harga babi hidup akan mencapai Rp45.000 per kilogram jelang Galungan nanti.
Saat ini harga babi mencapai Rp40.000 hingga Rp42.000 per kilogram. “Kami berharap harga tidak melebihi Rp45.000. Harga segitu sudah bisa membuat peternak untung dan masyarakat juga mampu menjangkau,” ujarnya saat dikonfirmasi,” Jumat (14/11). (Widiastuti/bisnisbali)










